

Barakata.id, Batam- Pada masa silam, Belanda pernah menduduki Pulau Boyan, Kelurahan Pulau Buluh Kecamatan Bulang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Jejak peninggalannya berupa bangunan-bangunan masih ada sampai sekarang.
Jejak peninggalan Belanda di Pulau Boyan itu ditelusuri oleh tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Batam. Perjalanan itu dilakukan pada Sabtu (29/5/21).
Tim melaju menggunakan speedboat dari Pelabuhan Rakyat Sagulung. Sekitar 15 menit rombongan sampai di Pulau Boyan.
Baca Juga:
- Jadi Destinasi Wisata Batam, Galang Sarat Sejarah dan Keindahan Alam
- Yuk, Belajar Sejarah Riau Lingga di Museum Batam
Dari penuturan sesepuh yang merupakan warga tertua di Pulau Boyan, Ena, dulu ia masih melihat bekas-nekas bangunan peninggalan Belanda. Seperti terowongan, penjara, tempat meriam dan bekas rumah. Ena mulai menetap di Pulau Boyan bersama suaminya di tahun 1960.
“Dulu jalan semen masih bisa dilewati mobil,” katanya, Sabtu (29/5/2021).
Ena menuturkan Pulau Boyan ini pernah menjadi markas Belanda. Di pulau itu terdapat lubang tempat persembunyian. Di pulau tersebut juga tardapat bekas bangunan yang difungsikan menjadi kolam renang.
Ena mengaku memang tak menjumpai orang Belanda, tapi dia melihat sendiri peninggalan-peninggalannya.
“Dan diceritakan pula (tentang orang Belanda) oleh orang tua sini dan almarhum suami,” kata wanita berusia 70 tahun ini.
Sayangnya, peninggalan jejak Belanda saat menduduki Pulau Boyan itu menurut Ena sekarang makin sedikit. Bekas kolam renang yang disebutnya itu pun kini dinding batunya mulai rubuh dan beberapa diantaranya batu batanya dijual oleh masyarakat sekitar.
Dalam rombongan itu juga ikut turun langsung Kepala Disbudpar Batam Ardiwinata dan Kabid Kebudayaan Disbudpar Batam Muhammad Zen.
Menurut Ardi, berdasarkan cerita turun temurun, Pulau Boyan diperkirakan menjadi tempat Belanda memantau wilayan perbatasan di daerah yang diduduki sesuai Traktat London.
Dalam ekspedisi kali ini, tim menemukan tiga situs yang merupakan bekas bangunan. Diperkirakan situs itu merupakan tapak pos pemantauan, bekas kantor dan tapak meriam.
“Sejarah-sejarah semacam ini yang akan terus kami gali,” katanya.
Ardi mengatakan, jejak sejarah Belanda yang ditemukannya di Pulau Boyan akan menjadi koleksi Museum Batam Raja Ali Haji. Kisah dan beberapa peninggalan itu akan diletakkan di Khazanah Masa Belanda.
“Pengunjung yang ingin melihat langsung bekas bangunan itu bisa juga datang langsung ke Pulau Boyan,” ungkapnya.
Tak berhenti di Pulau Boyan, Disbudpar Batam rencananya juga akan menelusuri jejak peninggalan Belanda di Pulau Sambu, Kecamatan Belakangpadang. Seperti diketahui, pulau itu dahulu dikontrak dan digunakan oleh Belanda pada saat Kesultanan Lingga dan berakhir tahun 1976.
Baca Juga:
- Buku Sejarah Melayu Perlu Disadur Dalam Bahasa Indonesia
- Kisah Dibalik Sketsa Nong Isa di Museum Raja Ali Haji
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) juga memastikan Pulau Boyan memiliki jejak sejarah yang berkaitan dengan masa penjajahan Belanda di Indonesia. TCAB pun siap menerima laporan dari masyarakat jika ada potensi cagar budaya lain yang belum ditemukan.
“TCAB Kota Batam siap bekerja mengkaji bukti-bukti yang ada,” kata Anasrudin, salah satu anggota TCAB.
Anas mengatakan, untuk kategori cagar budaya, TACB akan mengkaji dan menggelar rapat terlebih dulu. Barang atau benda yang ada dinilai berdasarkan pentingnya, bentuk dan lama tahun keberadaannya.
***
Editor: Asrul R