Barakata.id, Catatan – Tindakan kepahlawanan dalam kosa kata Inggris dikenal dengan Heroisme. Secara sederhana kepahlawanan dapat dimaknai sebagai, kesedian untuk berjuang dengan berkorban demi orang lain diluar diri kita. Jika sudah tidak ada orang lain yang mau berkorban untuk orang lain lagi, maka saat disitulah dunia ini berakhir. Jadi kepahlawanan itu adalah sunnahtullah.
Dalam kehidupan di Dunia ini tidak hanya manusia yang melakukan tindakan kepahlawanan, tapi juga ditunjukkan oleh banyak mahluk hidup lainnya.
Seperti kelelawar vampir yang membagikan darah hasil isapannya kepada teman-temannya yang tidak kebagian makanan, Tupai sering memperingatkan tupai yang lain ketika ada pemangsa, meskipun dengan resiko dirinya akan termangsa lebih awal dan Lebah kelas pekerja mengorbankan dirinya untuk tidak berketurunan, sementara sang ratu hanya bertelur.
Beberapa kondisi ini sudah lebih dari cukup untuk kita pahami bahwa mekanisme alam ini membutuhkan pengorbanan-pengorbanan atau tindakan kepahlawanan demi keberlangsungannya.
Seorang ibu yang melahirkan anaknya dengan mempertaruhan hidup dan mati, melakukan persalinan itu dengan mantap dan tanpa ragu-ragu.
Tidak ada perdebatan apakah sang anak akan dilahirkan atau tidak, apakah anak itu nantinya akan baik atau jahat, pertimbangan-pertimbangan seperti itu tidak terpikirkan sama sekali oleh sang ibu dan dengan suka cita sang ibu mempertaruhkan segenap jiwa raganya untuk menghantarkan anaknya melihat dunia.
Itulah sikap kepahlawanan yang sebenarnya. kepahlawanan ini adalah manisfestasi dari cinta yang tulus tanpa pamrih apapun. Artinya kepahlawanan hanya dapat dilakukan bagi orang yang sudah mencapai level cinta.
Bahkan dari kisah sang ibu yang melahirkan ini, kita juga bisa melihat pembebasan diri dari ego atau keinginan diri sendiri. Sudah tidak terikat lagi dengan hal-hal yang duniawi. Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang berbeda-beda dalam bentuk fisik dan kecerdasan.
Dari perbedaan itulah manusia menyadari bahwa tidak mungkinnya hidup sendiri, karena dalam keberlangsungan hidup manusia membutuhkan banyak kebutuhan untuk dipenuhi, mulai dari kebutuhan jasmani, dan kebutuhan rohani.
Seorang yang terampil elektrik akan dapat membantu seorang yang terampilan dalam kuliner, seorang yang terampilan dalam negosiasi akan dapat membantu seorang pedagang, demikianlah seterusnya interaksi manusia yang saling berkait satu sama lainnya. Jadi semua manusia adalah pahlawan pada level dan gayanya sendiri-sendiri.
Dalam perspektif sosiokultural kepahlawanan termasuk perilaku prososial seperti keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan yang mau bergabung berbaur ditengah masyarakat.
Hal ini tentu berlawanan dengan antisosial yang eksklusif, isolatif, dan egois. Ciri utama sikap prososial adalah empati seperti membantu dengan suka rela, berbagi dengan sukacita, menghibur orang lain yang lagi berduka, serta berbagi kebutuhan dengan orang lain.
Dalam khazanah keilmuan dikenal ada tiga Tipe perilaku prososial yaitu:
1. Proaktif
Perilaku proaktif membantu dan peduli dengan orang lain, tapi sebenarnya untuk keuntungan sendiri. Misalnya, membantu orang lain dengan harapan orang itu nantinya akan menuruti permintaanya. Seperti para calon legislatif yang memberikan bantuan atau perhatian diwaktu-waktu menjelang pemilihan umum.
2. Reaktif
Perilaku reaktif, melakukan kebaikan untuk orang lain, tapi sebenarnya untuk kebutuhan dan kepentingan diri sendiri. Misalnya membantu masyarakat agar anggarannya terserap.
3. Altruis
Perilaku altuis, Dalam kamus besar bahasa Indonesia Altuis memiliki arti orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain (tidak mementingkan diri sendiri) murni berorientasi pada kebaikan atau kesejahteraan orang lain tanpa peduli diri sendiri.
Altruis tidak sama dengan loyalitas atau kewajiban, dimana perbuatan baik itu dilakukan karena adanya perintah atau kewajiban dari pihak lain.
Ciri utamanya empati, social responsibility (tanggung jawab sosial dan lingkunga), inisiatif (bentuk kesadaran diri dari individu yang berpikir bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya atau memenuhi suatu hal), dan rela berkorban.
Membantu orang lain sebenarnya memberikan keuntungan pada diri sendiri, karena Mood Boosting Effect (perasaan Bahagia tak terkira dari seseorang), perasaankita akan menjadi lebih baik.
Karena orang yang mendapatkan bantuan lazimnya akan mengucapkan terimakasih dan berbagai rangkaian kalimat sanjungan disertai doa-doa kelancaran rejeki, dan semacamnya.
Hal tersebut akan membuat kita merasakan perasaan yang baik atas sanjungan dan doa-doa tersebut. Keuntungan lainnya adalah kita akan mendapatkan dukungan sosial (Social support benefits) ketika kita melakukan kebaikan, maka masyarakat akan menjadi pendukung kita dan terus memberikan dukungan positif.
Dan hal yang tidak kalah pentingnya, ketika kita punya perilaku prososial maka akan mengurangi efek tekanan (Stress reducing effect) pada diri sendiri. Karena dengan bersikap prososial pribadi kita akan menjadi lebih nyaman dan lega dalam berinteraksi secara dialektis (Komunikasi dua arah) dengan masyarakat.
Carol S. Pearson dalam The Hero Within (1986) menerangkan ada enam pola dasar kepahlawanan (Six Archetypes We Live) yaitu:
- Orphan (anak yatim piatu) tindakan kepahlawanan yang mengatasi kesulitan atau penderitaan hidup.
- Innocent (kepolosan/sederhana/bersahaja), mengaggap hidup sebagai kegembiraan, memandang hidup untuk bersenang-senang, tujuannya mencapai kehagiaa hidup.
- Wanderer (pengembara/petualang) melihat hidup sebagai petualangan, kepahlawanan orang yang bertualangan menenukan hakekat diri atau pengenalan diri yang dalam.
- Warrior (pejuang/pendekar) memandang hidup sebagai pertarungan. Melihat hidup antara menang atau kalah, kepahlawanannya terletak pada pembuktian diri.
- Altruis (kemurahan hati) menadang hidup ini sebagai komitmen, melayanan, berbuat baik pada orang lain, mempersembahkan hidup untuk orang lain dan,
- Magician (pesulap) memandang hidup ini harus diciptakan, dikendalikan dan diarahkan kearah yang lebih baik. Transformasi diri/masyarat kerah yang lebih baik.
Dari tulisan perempuan hebat ini (Carol S. Pearson), kita bisa mulai memeriksa diri kita masing-masing apakah tipe kepahlawanan kita atau mungkin semua Archetypes (karakter utama yang merepresentasikan diri seseorang) ini ada dalam diri kita?
Pada akhirnya penulis bersyukur dikelilingi dan mengetahui banyak perempuan-perempuan hebat di bulan pahlawan ini.
Baca artikel menarik lainnya di: Catatan Dr.Surianto
Mohon izin bapak
Nama : Jehan Aidil Ruwanda
Stb : 4561
Prodi : Teknik Pemasyarakatan B
izin untuk berkomentar tulisan saya yang diatas bapak izin arahan dan bimbingan nya bapak siap terimakasih pak
Tulisan ini telah cukup jelas menggambarkan bagaimana peran pentingnya manusia satu dengan manusia lainnya dimana rasa saling tolong menolong sejatinya sudah ada sejak kecil dan juga hal tersebut dilatih dan diasah kembali oleh orang tua kita miliki, seiring dengan perkembangan usia pun demikian kita menyadari bahwa hidup ini terkadang memerlukan bantuan orang lain dan terkadang juga orang lain membutuh kan bantuan kita.
Juga ditambahkan dalam tulisan tersebut adanya perasaan bahagia yang timbul bagi setiap penolong sehingga menjadikan generator untuk yang lainnya untuk berbuat baik
Jiwa kepahlawanan ini semestinya dapat terus tumbuh di hati setiap orang apabilla lingkungan dan ajaran yang diterima oleh seseorang berpedoman kearah sana, sebalik nya jika lingkungan dan ajaran yang diterima oleh seseorang malah secara tidak langsung mengajarkan untuk apatis maka jiwa kepahlawanan itu sendiri akan tertutup hingga dari diri sendiri untuk membukanya.
Sekian tanggapan dari saya ,lebih dan kurangnya saya mohon maaf terimakasih
Setiap orang ingin dan berhak menjadi pahlawan baik bagi dirinya maupun orang lain. Dari ketiga tipe prososial, tipe altruislah yang lebih pantas dikatakan sebagai Sunnatullah karena murni didorong oleh keinginan diri sendiri dan disokong oleh rasa ikhlas. Pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan merupakan contoh dasar perilaku yang mencerminkan kepahlawanan. Pada umumnya, ketika mendengar kata pahlawan orang lansung berpikir kepada pejuang bangsa melawan penjajah pada masa lalu. Padahal setiap orang bisa menjadi pahlawan bagi bangsanya salah satunya mengabdi pada pekerjaannya, apalagi kalau meringankan beban negara seperti menciptakan lapangan pekerjaan yang mampu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran
Komentar ditutup.