Barakata.id – Malala Yousafzai menjadi salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh di dunia berkat keberaniannya.
Gadis yang lahir pada 12 Juli 1997 ini menjadi saksi hidup bagaimana nyawa menjadi taruhan nyata bagi pendidikan anak perempuan di Pakistan.
Sejak tahun 2009, Malala sudah rutin menulis blog dengan nama samaran tentang aktivitas militer Taliban dan ketakutan akan sekolahnya diserang.
Setelah identitasnya terungkap, Malala dan ayahnya, Ziauddin terus menyuarakan hak atas pendidikan.
Lolongan suara Malala atas hak pendidikan di Pakistan rupanya membuat Taliban bereaksi dan menargetkan dirinya agar ‘berhenti’.
Serangan terhadap Malala terjadi pada 9 Oktober 2012. Kala itu, hari Malala dijalani seperti biasa. Ia pun pulang sekolah bersama teman-temannya.
Namun, saat masih berada di jalan, tiba-tiba Malala ditembak oleh pasukan Taliban yang diikuti berbagai kecaman dari seluruh dunia.
Malala masih berusia 15 tahun saat dirinya ditembak pasukan Taliban karena menentang pembatasan mereka terhadap pendidikan perempuan.
Setelah peristiwa itu terjadi, Malala didukung oleh lebih dari 2 juta warga Pakistan yang menuntut hak atas pendidikan hingga Majelis Nasional meratifikasi RUU Hak atas Pendidikan Wajib dan Gratis yang pertama di Pakistan.
Tak berhenti, saat pulih dari penembakan yang membuatnya kritis, Malala melanjutkan perjuangannya untuk pendidikan anak perempuan.
Pada tahun 2013, Malala dan ayahnya ikut mendirikan Malala Fund untuk menyadarkan dampak sosial dan ekonomi dari pendidikan anak perempuan dan memberdayakan anak perempuan untuk menuntut perubahan.
Pada Desember 2014, Malala dinobatkan menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian termuda.
Kemudian, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres menunjuk Malala sebagai Utusan Perdamaian PBB pada tahun 2017 untuk membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.
Kisah Malala ini menjadi salah satu kontribusi nyata bagaimana kesetaraan gender dalam memperoleh akses pendidikan harus diperjuangan.
Ia menjadi simbol internasioal mengenai kekuatan yang tak terhentikan atas keberaniannya dalam menghadapi terorisme dan kekerasan.
Kini, melalui Malala Fund, ia masih terus menggunakan suara dan pendidikannya untuk mengadvokasi perempuan dan anak-anak perempuan di seluruh dunia.
Baginya, pendidikan bagi anak perempuan adalah sebuah investasi yang memiliki keuntungan tinggi karena berdampak pada negara dan bangsa.
Ia juga menyuarakan pendidikan tinggi akan membantu pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, perubahan iklim, perdagangan anak dan pernikahan anak.
“Saat Anda berinvestasi pada seorang gadis, Anda berkontribusi pada gadis itu secara individu. Dia akan memiliki masa depan,” kata Malala dalam pidatonya di G7 pada 2018 lalu.