
Tanjungpinang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mencatat, jumlah warga yang menderita obesitas di wilayah itu cenderung meningkat. Masyarakat diimbau berhati-hati dan tetap menerapkan pola hidup sehat.
Kepala Dinkes Kepri, Tjejep Yudiana mengatakan, jumlah penduduk yang mengalami obesitas di Provinsi Kepri melonjak dari 8,5 persen pada tahun 2013 menjadi 13,2 persen di tahun 2018.
Sementara, data Kementerian Kesehatan, secara nasional penderita obesitas pada tahun 2013 tercatat sebanyak 11, 8 persen, dan tahun 2018 hanya 8 persen.
“Jumlah penduduk Kepri saat ini mencapai 2 juta lebih. Pada tahun 2018, ada sekitar 13,2 persen penduduk yang menderita obesitas. Ini patut diwaspadai,” katanya di Tanjungpinang, kemarin.
“Dengan persentase di atas rata-rata nasional, berarti sangat buruk, dan ini harus dicegah,” sambungnya.
Baca Juga : 800 Orang di Kepri Terserang Gagal Ginjal
Ia mengatakan, obesitas disebabkan konsumsi secara berlebihan, dan tidak memiliki pola hidup sehat seperti berolah raga
Tradisi merayakan sesuatu, seperti mendapat jabatan baru, ulang tahun, juara kelas, dapat pekerjaan baru di Kepri juga perlu diperbaiki. Menurut Tjejep, hal itu disebabkan tradisi merayakan sesuatu dalam bentuk makan di restoran pada malam hari.
“Hasil analisis kami, kebiasaan mengkonsumsi makanan atau jajanan di luar merupakan pola hidup yang kurang baik. Sebaiknya, kebahagiaan itu dicurahkan dengan hal positif lainnya,” katanya.

Gaya hidup yang perlu diperbaiki lainnya pada saat hari raya keagamaan, contohnya Idulfitri. Tradisi minuman kaleng baik yang bersoda maupun tidak masih terjadi di Kepri.
Setiap keluarga yang berlebaran merasa tidak berlebaran kalau di rumahnya tidak ada minuman kaleng. Padahal minuman kaleng tersebut mengandung gula yang sangat tinggi
“Akan lebih baik kita kembali seperti dahulu yakni menyajikan minuman tradisional berupa sirup pandan dan lainnya yang nikmat dan bergizi,” kata dia.
Selain disebabkan konsumsi yang berlebihan, obesitas juga disebabkan faktor keturunan. Namun dari berbagai kasus, persentase obesitas yang disebabkan oleh keturunan sangat kecil.
Obesitas hanya dapat dicegah oleh diri sendiri, dengan cara konsumsi yang tidak berlebihan, dan berolahraga minimal 30 menit setiap hari.
“Kalau makan itu nasinya sedikit saja, makanan yang berserat seperti sayuran yang harus banyak,” kata Tjejep.
Baca Juga : 92 Persen Penduduk Dunia Hirup Udara Tak Sehat
Penduduk obesitas menjadi perhatian pemerintah lantaran berpotensi menyebabkan terjadi berbagai penyakit tidak menular tapi berbahaya. Penyakit yang potensial diidap penderita obesitas yakni diabetes, stroke, jantung dan gagal ginjal.
Penyakit gagal ginjal, jantung dan stroke menempati angka tertinggi penyebab kematian. Sebanyak 85 orang tahun 2011 mengidap penyakit gagal ginjal, dan sekarang meningkat sekitar 800 persen.
“Bahkan ini lebih tinggi dari pertumbuhan percepatan penduduk. Gagal ginjal, penderita terbantu BPJS. Kalau tidak ada BPJS setiap bulan harus cuci darah Rp8-12 juta. Kalau gaji Rp5 juta/bulan, bisa berhutang dan tidak makan,” katanya
*****