
Batam – Aksi demonstrasi yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Ibnu Sina di depan kantor PLN Batam, Kepulauan Riau (Kepri) diwarnai adu jotos, Selasa (30/7/19). Sejumlah mahasiswa terlibat bentrok fisik dengan staf di DPRD Batam.
Bagaimana ceritanya? Perkelahian itu berawal saat beberapa pendemo bergerak dari kantor PLN Batam menuju kantor DPRD Batam yang berjarak sekitar 100 meter, sekitar pukul 11.00 WIB.
Setibanya di kantor wakil rakyat itu, para pendemo terus bergerak hendak naik ke lantai dua. Namun, usaha mereka dihalang-halangi oleh sejumlah staf di DPRD Batam.
Baca Juga : Pembangkit PLN Batam Terganggu, Listrik Padam 4 Hari
Untuk diketahui, lantai dua kantor DPRD Batam ditempati oleh para pimpinan Dewan dan juga bagian Sekretariat Dewan.
Sebelum para mahasiswa naik ke lantai dua, sejumlah pegawai di DPRD mencegat mereka di tangga masuk. Adu mulut pun tak terhindarkan, karena masing-masing pihak ngotot.
Pihak staf DPRD beralasan, para pendemo berlaku tidak sopan. Sementara pihak mahasiswa beralasan mereka ingin menyampaikan langsung aspirasi dengan bertemu pimpinan Dewan.
Tidak diketahui pasti siapa yang memulai, tiba-tiba suasana di halaman kantor DPRD Batam sudah riuh oleh suara-suara teriakan. Beberapa mahasiswa tampak mengerumuni seorang staf DPRD.
Kemudian, staf-staf yang lain berdatangan dan membubarkan kerumunan tersebut.
“Tadi kami tanya baik-baik maksudnya mau ngapain ke lantai dua, tapi mereka malah memaksa,” kata seorang staf DPRD Batam.
Protes listrik sering padam

Sebelumnya, puluhan mahasiswa STIE Ibnu Sina menggelar unjuk rasa di depan kantor PLN Batam, Jalan Engku Putri, Batam Centre. Mereka protes dengan seringnya listrik di Batam padam atau byar pet.
Aksi tersebut berjalan normal. Perwakilan mahasiswa berorasi menyampaikan tuntutan-tuntutan. Tampak puluhan personel kepolisian mengawal jalannya aksi.
Di tengah aksinya, pendemo sempat memecahkan satu unit televisi yang mereka bawa. Tindakan itu sebagai gambaran bahwa seringnya listrik padam membuat peralatan elektronik di rumah rusak.
“PLN sangat tidak profesional, listrik sering mati. Masyarakat dibuat susah, barang-barang elektronik banyak yang rusak karena listrik byar pet,” ujar seorang pendemo.
Mahasiswa bahkan menuding seringnya listrik padam di Batam sebagai modus untuk menaikkan tarif listrik.
Di akhir demo, mahasiswa mengeluarkan surat pernyataan sikap yang ditandatangani bersama antara Presiden mahasiswa STIE Ibnu Sina Batam, Agus Setiawa dan perwakilan PLN Batam, Buyung Abdul Jamal dan Syamsul yang keluar menemui para pendemo.
Baca Juga : PMII Tuding Lelang Proyek Fender BP Batam Sarat KKN
Berikut lima tuntutan atau pernyataan sikap yang dibacakan perwakilan pendemo:
Pertama, meminta pertanggungjawaban PLN Batam atas kerugian yang dialami masyarakat karena seringnya listrik padam secara bergilir.
Kedua, meminta manajamen PLN Batam mencopot atau mengganti direkturnya karena terbukti tidak mampu memenuhi, menjaga, dan meningkatkan pelayanan listrik kepada masyarakat Batam.

Ketiga, menolak kenaikan tarif dasar listrik yang akan diajukan sebesar 15 persen karena akan sangat merugikan masyarakat Batam.
Keempat, meminta Plt Gubernur Kepri agar mengevaluasi kinerja perusahaan penyedia jasa kelistrikan di Batam tersebut.
Kelima, mendesak aparat hukum untuk mengaudit keuangan PLN Batam.
*****