Beranda Urban Dunia

Wali Kota di Bolivia Diseret Paksa ke Jalan dan Disiram Cat Merah

246
0
Sejumlah polisi mengawal Wali Kota Patricia Arce ke klinik setelah para demonstran antipemerintah membebaskannya. (F: Reuters)
DPRD Batam

Barakata.id, Bolivia – Seorang wali kota di Bolivia diseret paksa ke jalan tanpa alas kaki dalam aksi demonstrasi antipemerintah di negara itu. Kerusuhan pecah di Bolivia antara barisan oposisi dengan pendukung pemerintahan pasca Pilpres 20 Oktober lalu.

Wali Kota bernama Patricia Arce juga harus menerima perlakuan tak menyenangkan. Rambutnya dicukur, dan sekujur tubuhnya disiram dengan cat warna merah oleh demonstran oposisi.

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

Baca Juga : ISIS Tunjuk Abu Ibrahim Al-Hashimi Sebagai Pemimpin Baru

Perempuan tersebut juga dipaksa oleh demonstran agar menandatangani surat pengunduran diri.

Setelah beberapa jam diperlakukan tak mengenakkan itu, Patricia Arce diserahkan kepada kepolisian Kota Vinto.

Peristiwa tersebut adalah yang terbaru dari rangkaian bentrokan antara pendukung pemerintah dan kubu oposisi, pasca pemilihan umum pada 20 Oktober lalu. Informasi di lapangan,
setidaknya sudah tiga orang yang meninggal dunia selama bentrokan berlangsung.

Apa yang terjadi?

Sekelompok demonstran antipemerintah memblokade jembatan Vinto, sebuah kota kecil di Provinsi Cochabamba, sebagai bagian dari demonstrasi yang menentang hasil pemilihan presiden pada 20 Oktober lalu.

Pada saat bersamaan, rumor menyebar di kalangan masyarakat bahwa dua demonstran oposisi telah dibunuh dalam bentrokan dengan para pendukung presiden petahana, Evo Morales.

Kerumunan demonstran yang marah kemudian menuju balai kota.

Para pemrotes menuduh sang wali kota, Patricia Arce, mengerahkan pendukung presiden guna membubarkan blokade di jembatan. Arce juga dituding berperan dalam kematian dua demonstran oposisi.

Belakangan diketahui satu orang yang dikonfirmasi meninggal dunia.

Di tengah pekikan “pembunuh”, beberapa pria bertopeng menyeretnya di jalan tanpa alas kaki menuju jembatan.

Polisi mengawal Wali Kota Patricia Arce ke klinik setelah para demonstran membebaskannya. (F: Reuters)

Di sana Arce dipaksa berlutut. Para demonstran kemudian mencukur rambutnya dan menyiramnya dengan cat merah.

Mereka juga memaksa perempuan tersebut menandatangani surat pengunduran diri.

Beberapa jam kemudian, Arce diserahkan ke polisi yang kemudian membawanya ke klinik.

Kantor wali kota dibakar dan jendela-jendela balai kota dihancurkan.

Siapa yang tewas?

Sosok yang tewas dalam bentrokan antara pendukung Presiden Morales dan pendukung kubu oposisi diketahui seorang mahasiswa berusia 20 tahun, Limbert Guzmán Vasquez.

Sejumlah dokter mengatakan Guzmán Vasquez mengalami keretakan pada bagian tengkorak yang mungkin diseabkan alat peledak.

Dia adalah orang ketiga yang tewas sejak bentrokan kedua kubu pecah pada 20 Oktober.

Apa yang melatari bentrokan?

Para demonstran membakar Kantor Waliali Kota Vinto dalam aksi demonstrasi menentang pemerintah pasca Pilpres Bolivia. (F: EPA)

Ketegangan berlangsung di Bolivia sejak malam pemilu ketika hasil perhitungan (tanpa alasan yang jelas) tertunda selama 24 jam.

Peristiwa itu memunculkan kecurigaan pendukung kandidat oposisi, Carlos Mesa. Mereka menuduh hasil pemilu telah dicurangi sehingga Morales, yang telah berkuasa sejak 2006, bisa bertahan lima tahun ke depan.

Hasil pemilu akhirnya keluar dan Morales dinyatakan sebagai pemenang dengan unggul 10% suara pada putaran pertama.

Baca Juga : 92 Persen Penduduk Dunia Hirup Udara Tak Sehat

Para pengamat pemilu dan Organisasi Negara-Negara Amerika (OAS) mengungkapkan keprihatinan mereka. OAS kini menjalankan sebuah audit terhadap pemilu Bolivia.

Akan tetapi, Mesa menolak audit tersebut dengan alasan langkah itu ditempuh tanpa masukan dari dirinya dan partainya.

Morales menuduh Mesa melancarkan kudeta dan pendukung kedua kubu baku hantam di La Paz dan kota-kota lainnya.

*****