Barakata.id, BATAM – Bank Indonesia dan kalangan pengusaha optimistis Kepri bisa menahan laju penurunan ekonomi meski terjadi kontraksi untuk pertama kali pada triwulan kedua 2020. Faktor penanganan pandemi Covid-19 menentukan.
Bank Indonesia melihat laju pertumbuhan ekonomi Kepri akan membaik pada triwulan ketiga 2020 seiring dilonggarkannya aktivitas ekonomi di sejumlah daerah. Kepri mencatatkan penurunan ekonomi pada triwulan II/2020 sebesar minus 6,66%.
Kepala Bank Indonesia Kepri Musni H K Atmaja mengatakan terdapat beberapa indikator yang membuat rasa optimistis meningkat, di antaranya indeks industri negara-negara mitra dagang yang membaik, ekspor nonmigas juga naik, pertumbuhan kredit pun demikian. Selain itu, BI juga mencermati penggunaan listrik industri tumbuh, menandakan aktivitas mulai bergerak kembali.
Hanya saja, BI mengingatkan sejumlah risiko yang dapat mengganggu kinerja ekonomi pada triwulan III dan IV di antaranya peningkatan jumlah orang yang terinfeksi COVID-19, yang mendorong masyarakat mengurangi aktivitas sosial, penurunan harga minyak dan gas bumi serta penundaan realisasi investasi dari swasta.
“Meski mulai membaik pada trwiwulan III-2020, namun secara keseluruhan 2020, pertumbuhan ekonomi Kepri masih di bawah 2019,” ujar Musni dalam seminar virtual, Kamis (11/9/2020).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Apindo Batam, Rafki Rasyid juga menyampaikan optimisme perbaikan ekonomi Kepri pada triwulan III dan IV-2020. “Kami optimistis pada Q3 dan Q4,” kata dia.
Dengan kondisi kontraksi cukup dalam pada kuartal II-2020, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai nol pada 2020. Namun akan tumbuh kembali di 2021.
Sebagai gambaran, ekonomi Kepri sepanjang triwulan II/2020 terjun bebas akibat wabah pandemi Covid-19 sampai menjadi yang terendah di seluruh Sumatera. Data terbaru BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Kepri terkontraksi 6,66 persen.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri yang dirilis Rabu (5/8/2020), seluruh komponen penyumbang pertumbuhan kompak terkontraksi.
Kontraksi tertinggi dialami sektor jasa sampai minus 96,11 persen dari komponen produksi. Sedang Komponen pengeluaran setali tiga uang. Belanja atau konsumsi pemerintah mengalami kontraksi tertinggi hingga minus 15,45 persen. Indikator investasi dilihat dari komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto juga negatif dengan kontraksi 7 persen. Adapun berdasarkan pertumbuhan kalender 2020, ekonomi Kepri masih juga minus 2,32 persen dibanding periode tahun lalu.
Editor: Gunawan
Baca Juga Topik Ekonomi Lain:
- COVID-19: Ekonomi Singapura Bisa Melemah 5%-7%
- Ekonomi Kepri Terseok-Seok, Belanja Pemerintah Melempem
- EKONOMI KEPRI: Agar Investasi Tak Lesu Darah saat Pandemi