Barakata.id, SINGAPURA – Singapura memperkirakan pelemahan ekonomi tahun ini menjadi 5% hingga 7% dari perkiraan semula 4%-7%. Akibat pertumbuhan kuartal kedua 2020 kembali kontraksi bahkan lebih dalam dari perkiraan awal.
Jurang resesi Singapura kian dalam setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi 42,9 persen pada kuartal kedua 2020.
Ekonomi Singapura kembali mengalami kontraksi lagi bahkan level terburuk pada kuartal kedua. Angkanya merosot sampai hingga 42,9 persen, terancam pulih lebih lama.
Dikutip dari Bloomberg, Selasa (11/8/2020), produk domestik bruto Singapura anjlok hingga 42,9 persen pada kuartal kedua 2020. Angka ini meleset dari perkiraan meski tetap diprediksi terkontraksi 41,2 persen dan minus 43 persen versi survei Bloomberg.
Baca Juga: Meski Resesi Warga Singapura Tetap Kurban di Batam
Proyeksi pun dipangkas. Ekonomi Singapura yang sudah resesi, akan menyusut dari minus 5 persen menjadi minus 7 persen. Sebelumnya, Singapura memproyeksikan angka ekonomi terkontraksi 4 persen hingga 7 persen. Secara tahunan, ekonomi Singapura merosot 13,2 persen di kuartal kedua dibanding proyeksi sebelumnya yakni minus 12,6 persen.
Menurut laporan Bloomberg, kebijakan lockdown memukul bisnis ritel dan pariwisata Singapura. Sektor konstruksi juga lumpuh, sementara ekspor Singapura terus merosot karena permintaan global bergeser menjadi lemah.
Meski ekonomi Singapura perlahan telah bertahap dibuka kembali bahkan pemerintah Singapura telah memberikan langkah-langkah stimulus senilai lebih dari 19 persen dari PDB, pemulihan tetap tidak pasti dan perusahaan bersiap untuk melakukan PHK.
Baca Juga: Masuk Singapura Wajib Pakai Alat Pelacak, Dirusak Bayar Denda SGD10 Ribu dan Penjara 6 Bulan
Sementara rilis Singapura pekan lalu menunjukkan kinerja ekonomi yang tidak merata di seluruh wilayah.
Perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pada kuartal kedua untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade, sementara Filipina mengalami penurunan terdalam dalam catatan. Di saat yang sama, ekspor China secara tak terduga melonjak pada Juli di tengah bangkitnya kembali permintaan global.
Sementara itu, aktivitas manufaktur turun 31,7 persen secara tahunan pada kuartal kedua dari tiga bulan sebelumnya. Sektor jasa menyusut 37,4 persen dan konstruksi anjlok 97,1 persen.
Dalam laporan terpisah, Enterprise Singapura merevisi perkiraannya untuk ekspor domestik nonminyak, memproyeksikan pertumbuhan 3 persen hingga 5 persen dibandingkan dengan penurunan sebelumnya.
Editor: Gunawan
Sumber: Bloomberg