

WhatsApp sendiri didirikan oleh Brian Acton dan Jun Koum pada 2009 silam. Plaform ini kemudian diakuisisi Facebook pada 2014 senilai US$ 19 miliar dalam bentuk sebagian uang tunai dan saham Facebook.
Kehadiran iklan di WhatsApp sebenarnya sudah banyak diprediksi berbagai pihak. Pasalnya, Facebook Group merupakan platform periklanan terbesar di dunia di mana pendapatan lebih dari 80% pendapatan perusahaan berasal dari iklan.
Baca Juga :
Chat WhatsApp Terhapus? Begini Cara Mengembalikannya
Sebelum meninggalkan perusahaan, Acton mendatangi kantor Facebook untuk mencoba mengusulkan cara WhatsApp meraih keuntungan ke CEO Mark Zuckerberg.
Sesampai di sana, ia pun berselisih dengan tim hukum Facebook. Karena Facebook ingin menghasilkan uang melalui iklan, sedangkan Acton ingin membuat WhatsApp dengan biaya berlangganan.
“Pada akhirnya, saya menjual perusahaan saya,” kata Acton. “Saya seorang penjual. Saya mengakui itu.”
Baca Juga :
Membalas Pesan WhatsApp Tanpa Online, Begini Caranya
Dilansir dari Feedough, (9/1/2020), dikatakan para pendiri WhatsApp membenci iklan dan menciptakan platform bebas iklan dengan fokus hanya pada pengalaman pengguna dan antarmuka yang bagus.
Saat membuat WhatsApp, Brian Acton dan Jan Koum ingin menciptakan sebuah platform instant messaging untuk pengguna dan bukan untuk perusahaan besar beriklan.
Baca Juga:
5 Fitur WhatsApp yang Bisa Dimaksimalkan Pengguna
Untuk mendapat keuntungan, mereka memiliki cara yaitu pengguna diharuskan membayar tagihan. Jadi nantinya, WhatsApp akan memiliki versi berbayar dan dikenakan biaya tahunan sebesar $ 1 dari pengguna.
Sebelum rencana monetisasi, WhatsApp menghasilkan pendapatan dari WhatsApp Business yang ditujukan sebagai tempat berikan dan berkomunikasi penjual dengan pembelinya.
Jadi, Anda lebih memilih WhatsApp beriklan atau berlangganan Rp14 ribu per tahun?
*****