
Barakata.id, Batam – Perang dagang antara Cina dengan Amerika Serikat (AS) belum usai. Hal itu setelah Pemerintah Cina menegaskan tak ada komunikasi perdamaian antarkedua negara.
Pernyataan Presiden AS, Donald Trump awal pekan ini di KTT G7 di Prancis bahwa sudah ada pembicaraan antara Washington dengan Beijing untuk menghentikan perang dagang pun mendapat bantahan.
Baca Juga : Cina Sebut AS Teroris Ekonomi, Trump Belum Siap Akhiri Perang Dagang
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang menegaskan, ia tidak mengetahui negaranya melakukan panggilan telepon dengan AS.
“Saya belum mendengar situasi ini mengenai dua panggilan yang disebutkan AS pada akhir pekan,” katanya pada konferensi pers, Selasa (27/8/19).
Dalam konferensi pers tersebut, Geng Shuang juga menyatakan Cina prihatin dengan langkah AS yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang-barang negaranya.
“Menyesal, AS telah semakin meningkatkan tarif pajak ekspor Cina ke AS. Tekanan ekstrem ini murni berbahaya bagi kedua belah pihak dan tidak konstruktif sama sekali,” katanya, dilansir dari CNBC International, Rabu (28/8/19).
Ia pun berharap pemerintah AS dapat bertindak rasional. “Kami berharap bahwa AS dapat menjaga ketenangan, kembali ke rasionalitas, menghentikan praktik yang salah, dan menciptakan kondisi bagi kedua belah pihak untuk melakukan konsultasi atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan,” ujarnya lagi.
Media pemerintah Cina, Xinhua juga bersikap tegas terhadap perang dagang dengan AS.
“Cina tidak dan tidak akan menyerah,” kata Xinhua dalam sebuah kolom editorial.
Xinhua juga menyebut langkah Trump memerintahkan perusahaan AS agar meninggalkan Cina sebagai hal yang paling konyol.
“Dengan memainkan trik lama bullying dan tekanan maksimum, pemerintah AS telah meningkatkan ketegangan perdagangan berulang kali dan mencoba memaksa Cina untuk menerima tuntutan irasionalnya,” tulis media tersebut.
Perang dagang antara AS-Cina telah meningkat sejak Jumat pekan lalu, saat Trump mengatakan akan menaikkan bea impor yang ada atas US$ 250 miliar produk Cina menjadi 30 persen dari 25 persen pada 1 Oktober nanti.
Terlebih lagi, tarif atas barang-barang Cina lainnya senilai US$ 300 miliar, yang mulai berlaku pada 1 September, akan dinaikkan menjadi 15 persen, bukan 10 persen.
Baca Juga : Dampak Perang Dagang AS-Cina, Perusahaan Elektronik “Serbu” Indonesia
Hal itu diumumkannya melalui postingan di Twitter setelah beberapa jam sebelumnya Cina mengumumkan akan mengenakan tarif impor pada US$ 75 miliar barang AS.
Meski demikian, ungkapan Trump yang menyebutkan akan adanya perdamaian sempat membuat ketegangan mereda. Namun sayangnya bantahan Cina membuat ekonomi dunia kembali labil.
*****
Sumber : CNBC Indonesia