
Iran – Korps Garda Revolusi Iran menyatakan siap menyerang armada tempur Amerika Serikat (AS) di kawasan Teluk. Pasukan elit Iran itu bahkan mengklaim bakal menyerang “tepat di atas kepala” armada Paman Sam.
Kepala Divisi Ruang Angkasa Garda Revolusi Iran, Amirali Hajizadeh mengatakan, pihaknya siap meladeni gertakan AS yang mengirim armada tempur dan kapal induk ke kawasan Teluk. Jika AS mulai melakukan tindakan provokasi maka pasukan Garda Revolusi Iran bakal melancarkan serangannya.
“Jika (AS) bergerak, kami akan serang mereka tepat di kepala,” kata Amirali Hajizadeh, seperti dikutip Reuters, Minggu (12/5/19).
Menurut Hajizadeh, kehadiran armada tempur AS di kawasan Teluk menjadi kesempatan besar untuk dimanfaatkan pasukannya. Diakuinya, di masa lalu, kekuatan tempur AS itu memang menjadi ancaman.
“Sebuah kapal induk bisa membawa 40 sampai 50 pesawat tempur dan 6.000 pasukan yang menjadi ancaman di masa lalu. Tapi sekarang, itu berubah menjadi kesempatan,” ujar Hajizadeh.
Sementara, Pemerintah Israel merasa cemas dengan meningkatnya ketegangan antara Iran dan AS. Israel khawatir pasukan Iran bisa saja menyerang Israel secara langsung atau melalui perpanjangan tangan (proxy) jika perseteruan itu tidak juga menemukan jalan keluar.
“Jika ada gesekan antara Iran dan AS, atau Iran dan negara tetangganya, kemungkinan mereka akan meminta Hizbullah di Libanon dan Jihad Islam di Jalur Gaza sebagai perpanjangan tangan untuk menyerang Israel,” kata Menteri Energi Israel, Yuval Steinitz seperti dikutip dari CNN.
Iran mendukung penuh kelompok Hizbullah dan Jihad Islam. Israel sampai saat ini masih menyembunyikan strategi mereka jika Iran mulai bergerak
Sumber pejabat AS mereka berniat mengirim pesawat pembom jarak jauh B-52 ke Timur Tengah. Di samping itu, mereka juga mempertimbangkan menempatkan perangkat rudal darat ke udara, MIM-104 atau dijuluki Patriot, ke kawasan itu.
Menurut informasi yang didapat AS, militer Iran saat ini sedang melengkapi sejumlah kapal angkatan laut mereka dengan rudal dan ditempatkan di lepas pantai. AS menilai tindakan itu sebagai persiapan Iran untuk menyerang.
Di sisi lain, Pemerintah Iran menganggap langkah AS keliru dengan memutuskan mengirim armada kapal induk dan pesawat pembom ke Timur Tengah. Alasan yang digunakan AS yang menyatakan Iran seolah-olah mengancam keberadaan pasukan AS dan sekutunya di kawasan itu tidak tepat.
Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton menyatakan, pengiriman armada tempur ke kawasan Teluk untuk mengingatkan Iran. Pesannya, jika (Iran) tidak ingin diserbu, sebaiknya tidak macam-macam dengan pasukan dan sekutu AS di Timur Tengah.
Kesepakatan Nuklir
Tahun lalu, Presiden AS, Donald Trump memutuskan membatalkan sepihak kesepakatan nuklir dengan Iran. Trump berdalih Iran tetap mengembangkan program persenjataan peluru kendali mereka.
Trump juga memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok teroris. Beberapa waktu lalu ia juga menerapkan sanksi kepada negara-negara yang masih membeli minyak dari Iran.
Sementara Iran menegaskan, mereka tidak bersedia tunduk atas permintaan AS untuk menghentikan program pengembangan peluru kendali. Tapi dengan sikap tersebut, diperkirakan perekonomian Iran akan kembali terpukul dengan penerapan sanksi pembelian minyak.
*****