

Setelah melahirkan, IN dan bayinya yang berusia tiga bulan saat ini tinggal di rumah Perlindungan Trauma Center (RPTC). Namun, IN enggan dipisahkan dari sang bayinya. Petugas sudah berkali-kali membujuk IN (35), orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ) agar mau melepas bayinya.
Meski terkesan tak manusiawi memisahkan sang anak dan ibunya, pihak dinsos tidak mungkin membiarkan ODGJ merawat bayinya. Pasalnya, jika sang bayi dibesarkan oleh seorang ibu dengan kondisi mental tidak stabil, dikhawatirkan akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
“Lebih baik selamatkan bayinya daripada ibunya agar generasi selanjutnya bagus, tapi harus terus kita doktrin supaya mindsetnya berubah, kita akan segera buat MoU agar IN direhabilitasi ke Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental (BRSPDM) Budi Luhur Banjar Baru, semoga tahun depan terlaksana,” kata Yaksi Belaning Pratiwi, Sabtu (15/8/20).
Hingga kini, IN belum mengalami perubahan perilaku setiap kali petugas Dinsos datang. Janda itu bahkan masih sering berbicara dengan tembok sambil sesekali tertawa dan marah tanpa sebab.
Baca Juga :
Digoyang Paksa 10 Kali, Janda di Sumenep Polisikan Oknum Perangkat Desa
Dengan kondisi psikis IN yang masih sering lepas kendali, membuat petugas harus lebih ekstra menjaganya. Tak hanya itu, keberadaan bayi IN juga menyulitkan petugas, baik susu atau urusan mandi dan membersihkan si jabang bayi mendapat perhatian khusus.
“Kalau buat susu pagi, bukan dia buang kalau tidak habis, dia kasihkan lagi sampai malam, itu kan tidak sehat, kami sering datang bergantian untuk awasi si bayi, kami kasih mandi dan gantikan air susu dalam dotnya,” ujarnya.
Sementara, VR (6) anak pertama IN sudah disekolahkan di Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) Aisyiyah Ruhama. Ia kini dirawat di Panti Asuhan Aisyiyah Ruhama.
Sekretaris Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) Ruhama, Asrina mengatakan, selama dalam perawatan kondisi VR tampak bergembira.
“Kalau sama ibunya, dia pasti melihat ibunya ketika ada siapa saja yang mendekat, memang mereka tidak bisa dipisahkan,” ujar Asrina kepada wartawan, Jumat (14/08/20), seperti dilansir dari Tribunnews.com.
Kata Asrina, untuk membawa VR, butuh pendekatan khusus dan membicarakan masa depan anaknya kepada IN. Pasalnya, setelah lebih dua jam berpisah dari anaknya, emosi IN sulit terkontrol dan terus berusaha mencari keberadaan sang anak.
“Kita antar pukul 07.00 nanti kita pulangkan pukul 10.00 Wita. Kalau terlalu lama tidak lihat anaknya kita khawatir dia pergi dari RPTC mencari anaknya sambil membawa bayinya,” kata dia.
*****