Batam – Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Fadjar Majardi menyebutkan bahwa perekonomian di wilayah tersebut berada pada fase peningkatan sejak tahun 2017. Pada triwulan I tahun ini, ekonomi Kepri tumbuh 4,76 persen (year on year/yoy).
“Tapi dibanding triwulan IV 2018 yang pertumbuhannya sebesar 5,48 persen (yoy), maka triwulan I tahun 2019 ini pertumbuhannya melambat,” katanya saat acara berbuka puasa bersama di Hotel Radisson, Batam, tadi malam.
“Pertumbuhan ekonomi yang melambat tidak terlepas dari pengaruh perilaku wait and see serta dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” katanya.
Dari sisi permintaan, “perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 dipicu oleh penurunan kinerja ekspor dan perlambatan investasi, sementara kinerja konsumsi tetap tumbuh meningkat.”
Fadjar mengatakan, ekspor luar negeri di wilayah Kepri mengalami kontraksi sebesar 5,96 persen (yoy) sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global. Terutama penurunan permintaan dari Singapura terhadap komoditas ekspor utama Kepri, kata Fadjar.
“Perkembangan ini turut berpengaruh pada perlambatan kegiatan investasi triwulan I 2019. Di samping adanya pengaruh sikap wait and see menjelang Pemilu 2019,” ujarnya.
Investasi tercatat hanya tumbuh 0,67 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018, 10,23 persen (yoy). Sejalan dengan perkembangan tersebut, impor mengalami kontraksi terutama pada bahan baku dan barang modal sehingga tercatat tumbuh negatif 26,82 persen (yoy).
Sementara itu, kinerja konsumsi mengalami perbaikan dengan konsumsi RT yang tercatat meningkat mencapai 5,04 persen (yoy), dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 4,57 persen (yoy). Kinerja konsumsi rumah tangga yang baik didukung inflasi yang terkendali, serta pendapatan masyarakat dan tingkat keyakinan konsumen yang membaik.
“Di sisi yang lain konsumsi LNPRT dan konsumsi Pemerintah juga tumbuh meningkat, terdorong oleh adanya kegiatan pemilu dan perbaikan belanja APBD,” kata Fadjar.
Kinerja bank umum meningkat
Terpisah, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kepri, Iwan M Ridwan mengatakan, kinerja keuangan bank umum konvensional dan syariah di wilayah Kepri pada triwulan I 2019 juga “mengalami peningkatan”. Aset bank umum tumbuh 3,55 persen (yoy) menjadi Rp66,32 triliun.
“Kreditnya juga tumbuh 6,53 persen (yoy) menjadi Rp36,67 triliun. Dana pihak ketiga Rp48,38 triliun tumbuh 3,51 persen (yoy),” kata dia.
Untuk loan to debt ratio (LDR) tercatat 78,19 persen, di bawah aturan maksimum Bank Indonesia sebesar 80 persen. Sedangkan non-performing loan (NPL) atau kredit bermasalah 2,66 persen, juga masih di bawah batas aman yang ditetapkan BI sebesar 5 persen.
Stabilitas sektor jasa keuangan juga terlihat dari perkembangan jumlah bank dan industri jasa keuangan non bank (IKNB) di Kepri. Sampai dengan triwulan I tercatat ada penambahan jaringan kantor bank dan IKNB, satu kantor cabang bank umum di Kota Tanjungpinang, satu kantor cabang asuransi dan satu gadai swasta di Kota Batam.
Iwan pun menilai perkembangan keuangan Bank Perkreditan Rakyat positif lantaran asetnya tumbuh 8,71 persen atau Rp7,33 triliun. Kredit sebesar Rp5,48 triliun tumbuh 6,70 persen, dan LDR sebesar 78,19 persen.
Meski begitu, NPL BPR masih cukup tinggi, 6,82 persen. “Ini menjadi catatan kita,” kata Iwan.
*****