
Barakata.id, Batam – Sektor pariwisata mulai menggeliat lagi setelah pemerintah memutuskan pemberlakuan tatanan hidup kenormalan baru atau new normal. Tapi jika tidak hati-hati, kebijakan ini justru dapat memicu datangnya gelombang dua pandemi Covid-19.
Kondisi itu sangat mungkin terjadi jika para pelancong atau wisatawan berlaku nekat. Artinya, si wisatawan hanya senang menikmati perjalanan wisatanya, tanpa mau mematuhi protokol kesehatan.
Baca Juga :
New Normal, Wisata Halal Harus Terapkan Protokol Kesehatan
Pemerintah memang sudah memperbolehkan para pelaku pariwisata membuka operasional tempat usahanya. Namun, tempat-tempat wisata itu harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Para pengunjung tempat wisata, termasuk hotel, restauran, tempat hiburan dan lainnya, wajib memakai masker, menjaga jarak dan menghindari bersentuhan langsung.
Baca Juga :
Hijaukan Lingkungan, Gairahkan Lagi Pariwisata Batam
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata menegaskan, protokol kesehatan merupakan keharusan bagi pengusaha pariwisata jika mereka ingin membuka tempat usahanya. Jika tidak patuh, siap-siap pemerintah menutup bahkan mencabut izin usaha mereka.
Penyebabnya jelas, pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Apalagi, obat atau vaksin untuk virus corona secara resmi belum ditemukan.
“Kita sudah minta kesanggupan semua asosiasi dan pengusaha pariwisata terkait hal ini. Semua harus sanggup menjalankan protokol kesehatan saat dibuka nanti,” katanya kepada barakata.id di Batam, belum lama ini.

Tiga tipe wisatawan saat new normal
Melansir Antara, Rabu (17/6/20), pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis Universitas Brawijaya (UB) Malang, Maulina Pia Wulandari, Ph.D mengatakan, pandemi virus corona yang memaksa penduduk Indonesia berada di rumah selama berbulan-bulan menjadi pemicu orang-orang yang sudah tak sabar liburan.
Namun jika pengelola tempat wisata hanya menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan tegas di awal pembukaan, ditambah dengan datangnya wisatawan nekat, maka gelombang kedua pandemi virus corona bisa saja terjadi.
“Yang perlu diwaspadai adalah wisatawan nekat ini, saya prediksi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan wisatawan yang bijak dalam berwisata dan patuh dengan protokol kesehatan,” kata Pia.
“Oleh karena itu, pengelola tempat wisata harus benar-benar menganalisis segala risiko dan kemungkinan yang timbul dengan pembukaan tempat kembali yang bakal mengundang berkumpulnya orang,” lanjutnya.
Baca Juga :
3 Arahan Jokowi untuk Pulihkan Sektor Pariwisata
Menurut Pia, ada tiga tipe wisatawan saat new normal yang perlu dipahami pengelola tempat wisata.
Pertama, wisatawan paranoid, atau yang pergi berlibur masih dalam keadaan cemas dan khawatir akan tertular virus Covid-19.
Kedua, wisatawan stay alert, atau yang berlibur sendirian/dengan keluarga inti, naik kendaraan pribadi dengan jarak tidak jauh, menikmati keindahan alam, pergi ke tempat yang tidak banyak didatangi oleh pengunjung, dan tidak menghabiskan biaya yang besar.
Ketiga, wisatawan travel wise, atau yang ingin memastikan dan harus merasa yakin bahwa hotel, tempat wisata, restoran, kafé, dan tempat oleh-oleh yang akan dikunjungi betul-betul memenuhi tiga unsur utama pariwisata, yakni kebersihan, kesehatan dan keselamatan.
Baca Juga :
Pariwisata Batam Siap Bangkit di Era New Normal
Pia mengingatkan, pengelola tempat wisata jangan hanya sibuk promosi dengan memberikan diskon besar-besaran, tapi melupakan esensi apa yang sebenarnya diinginkan oleh wisatawan.
“Strategi komunikasi pemasaran ini harus dijalankan minimal tiga pekan berturut-turut sebelum tempat wisata kembali beroperasi. Pengelola tempat wisata harus menyosialisasikan hal-hal yang harus diketahui dan dipatuhi oleh wisatawan serta konsekuensinya jika melanggar protokol kesehatan yang telah diterapkan oleh para pelaku pariwisata,” ujarnya.
Sosialisasi soal 3K (Kebersihan, Kesehatan dan Keselamatan) wajib diberikan pengelola tempat wisata kepada wisata saat kedatangan, selama kunjungan, dan saat kepulangannya.
Spanduk, selebaran, audio dan video, hingga pesan pendek bisa menjadi media informasi soal protokol kesehatan di tempat wisata.
*****
Editor : YB Trisna