

Barakata.id – Ventilator merupakan alat bantu untuk penanganan pasien Covid-19. Alat ini sangat dibutuhkan namun ketersediaannya terbatas. Oleh karena itu Universitas Indonesia (UI) terdorong untuk membuat ventilator lokal. Ventilator tersebut saat ini sudah lulus uji klinis dan izin edar.
Ventilator buatan UI ini diberi nama Covent-20. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan kriteria layak uji untuk mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) dan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) pada 15 Juni 2020.
Mode CMV lebih kompleks dibandingkan dengan mode CPAP. Sebab mengatur nafas pasien pada saat pasien berada dalam kondisi tidak sadar, dan sepenuhnya fungsi pernafasan diregulasi oleh ventilator. Covent-20 ini juga telah memperoleh izin edar dari Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes pada 19 Juni 2020.
Baca Juga:
Regimen Kombinasi Obat dan Stem Cell Efektif Lumpuhkan Virus Corona
“Meskipun masih ada komponen impor di dalam ventilator tersebut, tapi saya sudah diberi informasi bahwa 70 persen dari ventilator ini dari Indonesia,” jelas Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, (24/6), dilansir dari laman resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Covent-20 dibuat atas kerja sama Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik dari UI. Sementara untuk pendanaan baik produksi dan distribusi kerja sama dengan ikatan alumni dan filantropis dengan metode crowd funding. UI mendukung ketersediaan 300 unit Convent-20 untuk sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19.
“Kita masih menunggu ventilator-ventilator jenis lain karena dari semua ventilator yang sudah mendapatkan izin edar, belum ada ventilator untuk ICU,” kata Bambang.
Baca Juga:
Dexamethasone Bukan Penangkal Covid-19
Berhasilnya inovasi ventilator lokal ini menambah capaian bidang riset dan teknologi di bidang peralatan kesehatan. Sebelumnya Indonesia telah mendapatkan sertifikat WHO untuk baju alat pelindung diri (APD) dan robot. Fungsi robot tersebut adalah melakukan sterilisasi ruangan pasien Covid-19.
Bambang menyebut Kementerian Riset dan Teknologi juga sedang memproduksi alat tes PCR dan rapid test. Saat ini alat rapid test yang sudah diproduksi mencapai 100 ribu dari 2 juta unit yang ditargetkan.
“Minggu lalu Kemenristek juga telah meresmikan Mobile BSL 2. Tujuannya untuk menambah jumlah kapasitas pemeriksaan swab test di berbagai tempat di Indonesia,” tambahnya.
***