Beranda Urban Traveling

Udara Segar di Puncak Beliung Aman Dinikmati Berkat CHSE

1055
0
Tips Liburan Saat Pandemi
Seorang wisatawan memakai masker saat berkunjung ke Puncak Beliung, Kawasan wisata berbasis komunitas ini memang menerapkan protokol kesehatan, bagi pengunjung, mulai dari pengecekan suhu,menyediakan tempat cuci tangan hingga wajib pakai masker. (F: Barakata.id/Asrul R)
DPRD Batam
Puncak Beliung menjawab kebutuhan wisatawan Batam di tengah pandemi. Objek wisata berbasis komunitas yang terletak di Seiharapan ini melengkapi diri dengan standar Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability (CHSE) yang disyaratkan oleh pemerintah. Sehingga wisatawan bebas menikmati udara segar dengan rasa aman.

*****

Penulis : Asrul Rahmawati

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

“Cuci tangan dulu sebelum masuk kak,” ujar Arya, penjaga tiket di pintu masuk Puncak Beliung, Rabu (2/12/2020) siang. Tangannya menunjuk ke tempat cuci tangan yang terbuat dari ember. Di tempat itu juga tersedia sabun cuci tangan.

Arya kemudian mengarahkan thermo gun kepada pengunjung. Jika suhunya di bawah 37,5 maka pengunjung diperbolehkan masuk.

Setelah dicek suhu, barulah pengunjung dipersilakan membeli tiket. Harganya Rp10 ribu untuk wisawatan lokal, dan Rp15 ribu untuk wisatawan asing. Sedangkan untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun gratis. Puncak Beliung ini buka pukul 8 pagi dan tutup pukul 6 sore.

Sebelum masuk, pengunjung diminta untuk mencuci tangan oleh pengelola Puncak Beliung. (F: Barakata.id/Asrul R)

Dari loket tiket, perjalanan untuk sampai ke puncak masih cukup jauh. Pengunjung harus melewati dataran yang terdiri dari tiga tingkat. Di tingkat pertama, pengunjung akan disuguhi dataran yang bersih. Tak ada sampah berserakan.

Di setiap sudut terdapat keranjang sampah. Di dataran pertama ini, terdapat beberapa bangku yang terbuat dari kayu. Di setiap bawah bangku ini juga ada keranjang sampah. Di dataran ini juga disediakan tempat cuci tangan lagi. Toilet lengkap dengan tangki air bersih juga ada.

Di dataran ini, pengunjung bisa membeli makanan. Ada stan makanan yang menjual kerak telur. Harganya cukup ramah di kantong, hanya Rp9 ribuan saja.

“Selamat datang, silakan jika ingin membeli makanan,” kata Henfi.

Henfi merupakan satu-satunya orang yang berjualan di dataran pertama ini. Dari penuturannya, saat ini memang baru dia saja yang berjualan. Tapi ke depan rencananya akan ada beberapa stan makanan lainnya di sana.

Barakata.id kemudian melanjutkan perjalanan ke dataran kedua. Pengunjung disambut dengan gerbang yang terbuat dari anyaman ranting. Di sini pengunjung akan menemukan pepohonan yang lebat. Termasuk diantarnya pohon Pelawan yang unik dengan batang berwarna oranye. Jalanan yang bisa dilewati hanya setapak, namun ditata dengan rapi.

Meski belum sampai di dataran puncak, udara segar sudah menyerbu masuk ke pernapasan. Suara tonggeret, serangga hutan dan burung mengiringi langkah pengunjung. Menambah syahdu perjalanan menuju ke puncak.

Di dataran kedua ini, terdapat beberapa rumah pohon. Ada juga ayunan dari ban mobil bekas yang ditata sedemikian rupa, sehingga cocok jadi tempat swafoto. Jika lelah, pengunjung bisa istirahat di bangku-bangku kayu yang disediakan. Lagi-lagi di setiap sudut terdapat keranjang sampah.

Di dataran kedua ini, tiga orang pengunjung tampak berfoto-foto. Sepertinya mereka tak ingin melewatkan berbagai dekorasi yang Instagramable tersebut.

“Tempatnya bagus, kami tahu tempat ini dari Facebook,” kata Ika, salah satu dari mereka. Tergiur dengan keindahan Puncak Beliung, tiga orang yang tinggal di Nagoya ini menyempatkan diri datang di sela-sela off kerja.

Di dataran kedua ini, terdapat dua pilihan jalan untuk sampai ke puncak. Jalur landai atau jalur terjal. Jika lewat jalur landai, perjalanannya panjang tapi mudah diakses.

Seorang pengunjung memilih jalur landai untuk menuju ke Puncak Beliung. (F: Barakata.id/Asrul R)

“Semangat kakak, 20 meter ke puncak,” begitu kata plang kayu di pertengahan jalur landai ini.

Sedangkan jalur terjal lebih dekat. Tapi lebih sulit karena menanjak. Akses naik ke dataran ke tiga atau puncak lewat jalur terjal difasilitasi dengan tangga. Jumlahnya ratusan. Sebagian sudah disemen, sebagian masih tanah. Di kiri-kanan tangga ini terdapat bunga warna-warni dari plastik. Agar tetap aman, di kiri-kanan tangga ini juga disediakan pegangan dari kayu.

Perjalanan yang melelahkan itu terbayar ketika sampai di puncak. Tiupan anginnya lebih kencang. Mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan indah dari ketinggian.

“Itu yang biru dam Seiharapan,” kata pengelola Puncak Beliung, Vinddy.

Dari puncak dengan ketinggian 80 mdpl (meter di atas permukaan laut) itu, pengunjung dapat menyaksikan Nagoya, Batam Center bahkan Singapura dari titik lain puncak tersebut. Penyuka tantangan bisa mencoba berbagai wahana yang memacu adrenalin di sini, seperti jumping trampolin dan Batam Swing (ayunan raksasa di atas tebing).

“Semua wahana ini dilengkapi dengan safety harness untuk memastikan keselamatan pengunjung,” kata Vinddy.

Di puncak ini, juga banyak spot foto nan Instagramable. Mulai dari bangku dengan hiasan bunga-bunga, tangga langit, sayap malaikat, Jepang gate dan lain-lain. Bagi yang ingin istirahat juga terdapat tenda dan gazebo. Uniknya, semua tempat duduk maupun tenda terbuat dari kayu dengan atap anyaman ranting.

“Spot foto, gazebo maupun tenda gratis. Sementara untuk trampolin, Batam Swing dan spot foto khusus di romantic couple (spot foto di udara) masing-masing bayar Rp10 ribu untuk biaya perawatan,” ujarnya.

Vinddy mengungkapkan Wisata Puncak Beliung sebenarnya belum rampung. Pengerjaannya baru berjalan 10 persen. Hal itu dibenarkan oleh Pengelola Puncak Beliung yang juga suami dari Vinddy, Rudi Hartono.

Rudi menuturkan, Puncak Beliung ini merupakan secuil dari total lahan yang dipinjamkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam jangka waktu 35 tahun. Kelompok Tani Koperasi Harapan Sukses yang beranggotakan 50 an orang ini mendapat 255 hektar lahan dari KLHK pada tahun 2018.

“Sebagian besar lahan untuk pembibitan, hanya 10 hektar saja yang dikelola untuk wisata,” kata Bop, panggilan akrabnya.

Seperti halnya industri lainnya, pariwisata juga drop ketika pandemi Covid-19 merebak. Bop menuturkan, Puncak Beliung ini mulai dibangun sejak setahun yang lalu. Namun Januari kemarin Puncak Beliung tak boleh buka karena pandemi. Barulah 3 bulanan ini, Puncak Beliung dibuka lagi.

Meskipun begitu, Puncak Beliung mampu menyedot perhatian wisatawan lokal, terbukti tiap akhir pekan, khususnya Minggu, pengunjung membeludak. Bop menyebut di hari Minggu, pengunjung bisa mencapai 300 an orang.

“Setelah diberlakukan new normal, pariwisata boleh dibuka lagi. Salah satu syaratnya dengan menerapkan standar CHSE. Itu yang kami terapkan di sini,” kata Bop.

Bop mengatakan, timnya juga selalu mengingatkan pengunjung untuk tetap memakai masker dan menjaga jarak selama berada di area Puncak Beliung. Diakuinya, saat mendaki atau bermain di wahana, pemakaian masker kadang membuat pengunjung kesulitan bernapas, maka salah satu alternatifnya adalah dengan menjaga jarak.

Pelan-pelan fasilitas di Puncak Beliung dibenahi. Ke depan selain menawarkan wisata hutan yang masih alami, Puncak Beliung juga akan menawarkan atraksi budaya. Seperti pencak silat, kuda lumping dan membatik.

“Nanti kami juga akan gandeng UMKM, baik makanan maupun souvenir,” kata dia.

Belum lama ini, tepatnya pada 17-18 Oktober 2020 Puncak Beliung menjadi lokasi Nomadic Community Fiesta. Acara yang digelar oleh Batam Tourism and Promotion Board (BTPB) ini melibatkan puluhan komunitas di Batam.

Ketua Bidang Pariwisata Kelompok Tani Harapan Sukses ini mengatakan masih banyak yang akan dikembangkan di Puncak Beliung. Pihaknya bercita-cita menjadikan kawasan itu sebagai objek wisata yang membanggakan Batam.

“Targetnya, bisa jadi penyumbang pendapatan negara, sebab wisatawan yang akan kami gaet bukan hanya lokal, namun mancanegara,” ujarnya bersemangat.

Lelaki yang telah lama berkecimpung di pariwisata ini mengatakan, kelompoknya telah punya ancang-ancang terkait wisatawan mancanegara (wisman) ini. Puncak Beliung telah berkolaborasi dengan para pelaku pariwisata lainnya. Bop menyebut nama CEO BTBP Rahman Usman sebagai salah satu yang terlibat dalam mendatangkan wisman di Puncak Beliung.

“Pak Rahman Usman sudah kumpulkan 7 agen travel besar di Taiwan. Kalau sudah ada penerbangan langsung dari Taiwan ke Batam, dalam setahun bisa 20.000-50.000 tamu dari Taiwan. Ini bakal menguntungkan Indonesia,” tuturnya.

Untuk menarik wisman tentu dibutuhkan banyak persiapan. Pengerjaan Puncak Beliung tentu harus dirampungkan dulu. Beberapa penambahan yang akan dilakukan adalah pembangunan kolam renang di dataran paling bawah, taman bunga raksasa, penginapan berkonsep alam, karpet dan sepeda terbang, serta air terjun buatan.

Tangga langit, salah satu spot foto yang digemari pengunjung. (F: Barakata.id/Asrul R)

“Kami juga akan bikin jembatan gantung terpanjang se Asia Tenggara sepanjang 300 meter. Kemudian yang sedang dikerjakan, paralayang,” tuturnya.

Paralayang ini akan dikembangkan di tempat yang lebih tinggi dari puncaknya yang sekarang. Bukit yang akan digunakan tingginya 160 mdpl. Paralayang ini bekerja sama dengan TNI AU. Sore itu, Bop bersama tim dari TNI AU baru meninjau bukit tersebut. Kedua pihak optimistis paralayang sudah bisa diuji coba 2 minggu ke depan.

“Hari ini kami baru saja survei bukitnya, 2 minggu lagi uji tempat untuk mengecek keselamatan dan kondisi wilayahnya. Begitu sudah siap baru bisa dibuka untuk umum,” ujar Kepala Dinas operasi Lanud Hang Nadim Batam, Mayor (Lek) Wardoyo yang baru turun dari bukit mengecek lokasi paralayang.

Pembukaan lokasi paralayang ini, selain untuk misi internal TNI AU seperti pembinaan atlet dan untuk menarik minat pelajar menjadi prajurit TNI AU juga untuk tujuan pariwisata.

Wardoyo mengatakan TNI AU selalu siap membantu masyarakat, termasuk dalam pengembangan destinasi pariwisata. Dia berharap puncak beliung menjadi destinasi pariwisata dirgantara, yang dapat menarik minat para wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Kami akan coba dulu, apabila lokasi ini cocok akan dibuka untuk umum. Tentunya akan ada pendamping paralayang yang kami siapkan,” tuturnya.

Wardoyo mengatakan setelah uji coba paralayang ini sukses, kemungkinan tahun depan, puncak beliung sudah memiliki objek wisata baru.

“Segalanya sudah disiapkan, termasuk alat-alat paralayang. Bantuan dari Mabes AU dan juga ada dari Pemko Batam,” ucapnya.

Menuju ke Puncak Beliung

Objek wisata Puncak Beliung ini letaknya di Jalan Diponegoro, Tanjungriau, Sekupang, Batam. Lokasinya persis di samping kantor Pengendali Kebakaran Hutan.

Tempat itu cukup dekat dari Pelabuhan Internasional Sekupang Ferry Terminal. Jaraknya hanya 3,3 kilometer.
Dari Pelabuhan wisatawan dapat menjangkau lokasi ini dengan ojek online dengan kisaran tarif Rp17 ribu, atau taksi online Rp29 ribu.

Wisatawan dari pelabuhan tersebut bahkan bisa menggunakan bus Trans Batam dengan rute Sekupang-Tanjunguncang. Tarifnya sangat murah hanya Rp4000 saja.

Puncak Beliung juga bisa diakses melalui Pelabuhan Internasional Batam Center. Jaraknya hanya 13,06 kilometer. Jika pakai ojek online tarifnya kisaran Rp40 ribu, sedangkan taksi online mulai Rp67 ribu.

Pengunjung juga bisa mengunakan Trans Batam. Caranya naik di halte Mega Mall, ambil rute Batam Centre-Sekupang. Kemudian dari Sekupang ambil rute Sekupang-Tanjunguncang.

Selain itu, wisatawan juga bisa mengaksesnya dari bandara. Jaraknya 19,5 kilometer. Jika menggunakan ojek online, tarifnya sekitar Rp66 ribu, dan taksi online mulai dari Rp109 ribu.

Bagi yang ingin menginap, ada beberapa pilihan hotel tak jauh dari Puncak Beliung. Diantaranya Harris Resort Marina yang jaraknya hanya sekitar 2 kilometer, atau Holiday In Resort yang tak jauh dari Harris, dan hotel-hotel lainnya.

CHSE Meningkatkan Kepercayaan Terhadap Destinasi Wisata

Sertifikasi CHSE ini menjadi penting karena dunia pariwisata mengandalkan pergerakan orang. Sehingga perlu adanya jaminan kepada wisatawan dan masyarakat bahwa produk dan pelayanan yang diberikan sudah memenuhi protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan di dalam masa pandemi saat ini.

“Bukan hanya hotel dan restoran, semua tempat wisata harus menerapkan CHSE. Ada 8 yang diminta untuk ikut sertifikasi, ada hotel, restoran atau rumah makan, pondok wisata, daya tarik wisata, desa wisata, arung jeram, selam, dan golf,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Ardiwinata, Jumat (4/12/2020).

Standar CHSE ini ini merupakan kebijakan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonimi Kreatif dalam rangka membangun citra pariwisata. Sertifikasi CHSE ini menjadi kampanye untuk membangun reputasi bangsa Indonesia kepada wisatawan nusantara dan mancanegara.

“Sertifikasi ini sangat penting, karena apabila akses wisman dibuka, mereka membutuhkan kepercayaan untuk memanfaatkan fasilitas wisata yang kita tawarkan,” ungkap Ardi.

Dia mengaku, untuk pariwisata berbasis masyarakat seperti Puncak Beliung masih dalam proses penyosialisasian.

“Ada sekitar 43 CBT (Community Based Tourism) yang akan disertifikasi, Disparbud bekerja sama dengan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sedang mendata untuk menuju ke sana (sertifikasi),” ujarnya.

Untuk mendapatkan sertifikasi CHSE, pemilik atau pengelola usaha dapat mendaftar secara online di website resmi chse.kemenparekraf.go.id. Setelah itu mengisi formulir identitas usaha, penilaian dan deklarasi mandiri.

***

Editor: YB Trisna