Anambas – Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengatakan, pada tahun 2030 laut Indonesia diramal akan lebih banyak sampah plastik dibanding ikannya. Karena itu, ia mengajak seluruh pihak agar bergandengan tangan menjaga kebersihan laut.
Susi mengimbau seluruh elemen masyarakat agar menghilangkan pengunaan plastik sekali pakai seperti kantong kresek maupun botol minuman air mineral.
“Laut kita pada tahun 2030 diramal lebih banyak plastik daripada ikan. Karena itu hilangkan penggunaan plastik. Tentu kita tak ingin menangkap plastik di laut,” kata Susi saat membuka Festival Padang Melang di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau (Kepri), Kamis (18/7/19)
Susi mengaku cukup prihatin dengan prestasi Indonesia sebagai negara nomor dua penyumbang sampah plastik setelah China. Prestasi ini harus dihilangkan karena berdampak buruk bagi lingkungan.
“Mulai hari ini mohon, jangan jadi bangsa pembuang sampah (plastik) lagi,” katanya.
Baca Juga : Beranikah Batam Kembalikan Sampah Plastik ke Amerika Serikat?
Menurut Susi, sebagai bangsa yang berbudaya, agamis, berpendidikan, prilaku (membuang sampah ke laut) ini harus dihilangkan.
“Katanya kita cinta dan sayang dengan laut yang begitu indah. Tentu harus dijaga. Indahnya laut, hijaunya hutan dan udara yang segar ini adalah nikmat Tuhan yang gak boleh kita rusak,” kata dia.
Susi berharap ada program pemerintah daerah yang lebih tajam dalam mengelola sampah terutama di laut. Karena banyaknya sampah di laut juga akan menganggu sektor pariwisata.
Tentu semua tak ingin mendengar cerita ketika wisatawan berlayar di laut atau memancing yang dapat plastik.
“Kita harus bangga dan bekerja lebih giat lagi untuk menjaga kebersihan laut. Pemerintah daerah harus lebih peduli dan tegas menjaga dan mengelola laut. Jangan sampai keindahan laut kita dikalahkan oleh pulau-pulau dan laut di negara tetangga, padahal jelas punya kita jauh lebih indah,” ujarnya.
Laut bukan tong sampah
Di tempat yang sama, Pelaksana tugas Gubernur Kepri, Isdianto juga mengajak seluruh elemen masyarakat agar selalu menjaga kebersihan laut Kepri. Ia menegaskan, laut bukan tong sampah, bukan tempat manusia membuang sampah, apalagi sampah plastik.
“Jangan buang sampah ke laut, laut bukan tong sampaj. Jaga pantai kita tetap bersih. Untuk kelangsungan biotanya dan pariwisata,” katanya saat mendampingi Menteri Susi di Anambas.
Isdianto mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan laut. Terlebih di bibir pantai, pelabuhan. Menurut Isdianto, Kepri yang luas lautnya sebesar 96 persen adalah sumber kehidupan.
Kalau laut bersih, ikan dan biota lautnya akan semakin banyak. Ketika sampah banyak mengapung, sektor pariwisata juga ikut terganggu.
“Karena itu, mari kita jaga laut agar selalu bersih dari sampah,” kata dia.
Sampah plastik di lautan dunia
Pada acara World Economic Forum pada 2016 lalu, disebutkan bahwa ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Tiap tahun, 8 juta ton plastik mengalir ke laut.
Padahal plastik bisa berumur ratusan tahun di lautan dan terurai menjadi partikel kecil dalam waktu yang lebih lama lagi. Plastik bakal terakumulasi terus dan terus di laut.
“Tanpa tindakan yang signifikan, kelak bakal lebih banyak plastik ketimbang ikan di samudra, berdasarkan bobotnya, pada 2050,” kata World Economic Forum dalam ‘The New Plastics Economy, Rethinking The Future of Plastics’.
Diperkirakan, pada tahun 2025 nanti, rasio plastik dibanding ikan di samudra diperkirakan menjadi 1:3. Plastik bakal terus bertambah menjadi 250 juta ton, sedangkan jumlah ikan terus menurun akibat penangkapan yang makin gencar.
Baca Juga : Sampah Plastik Negara Kaya Serbu Asia Tenggara
Jika World Economic Forum menyatakan ada 150 juta ton plastik di lautan saat ini, maka Jenna R Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia menuliskan ada 275 juta metrik ton sampah plastik di 192 negara berpantai.
Dari 275 juta metrik ton sampah itu, sebanyak 4,8-12,7 juta metrik ton dibuang ke samudra.
Banyaknya sampah plastik di lautan terus mengancam keberlangsungan makhluk hidup perairan. Sekretariat Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati dalam penelitiannya pada tahun 2016 menyebutkan, lebih dari 800 spesies terancam bahaya sampah plastik.
Dari 800 spesies itu, 40 persen adalah mamalia laut dan 44 persen adalah spesies burung laut. Konferensi Laut PBB di New York 2017 juga menyebutkan bahwa setiap tahunnya limbah plastik di lautan telah membunuh 1 juta burung laut, 100 ribu mamalia laut, kura-kura laut, dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya.
*****