
Barakata.id, Tanjungpinang – Maskapai Susi Air akan melayani penerbangan dari Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang-Tambelan (Bintan) mulai Maret 2020. Rencananya, Susi Air akan terbang dua kali dalam seminggu.
Nantinya, rute tersebut akan dilayani dengan pesawat perintis. Pesawat yang digunakan adalah jenis Caravan C208 dengan kapasitas 12 penumpang.
“Rencananya rute itu dimulai Maret 2020 nanti, operator penerbangannya oleh maskapai Susi Air,” kata Executive General Manager Bandara RHF Tanjungpinang, M Wahid Jumadi di Tanjungpinang, dikutip dari Antara, Selasa (21/1/20).
Baca Juga :
Banjir Rendam Lima Desa di Tambelan, Jalan Tertutup Sampah dan Lumpur
Jumadi mengatakan, pesawat maskapai jenis Cassa milik mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti itu pada November 2019 lalu sudah melakukan uji coba pendaratan di Bandara Tambelan. Setelah sukses, maka pada Maret 2020 ini akan dibuka penerbangan komersil.
Menurut dia, penerbangan pesawat perintis merupakan program subsidi pemerintah. Dengan demikian, harga tiket yang ditawarkan lebih murah dibanding maskapai lainnya.
Baca Juga :
Susi Pimpin Pengejaran 7 Kapal Ikan Asing di Laut Natuna
Adapun jadwal penerbangan Susi Air untuk Tanjungpinang ke Tambelan yaitu Selasa pukul 11.55 WIB dan Sabtu pukul 08.55 WIB (minggu pertama dan ketiga) dengan harga tiket Rp345 ribu.
Selanjutnya, rute Tambelan ke Tanjungpinang pada hari Selasa pukul 13.40 WIB dan Sabtu pukul 10.40 WIB (minggu pertama dan ketiga) dengan harga tiket Rp305 ribu.
“Gratis bagasi 10 kilogram serta gratis makanan ringan di dalam pesawat,” sebut Jumadi.
Baca Juga :
Pemkab Bintan Siapkan Rp8,8 Miliar untuk Insentif Guru Ngaji
Jumadi mengatakan, dengan masuknya pesawat perintis ke Bandara Tambelan, maka masyarakat dapat memperpendek waktu tempuh perjalanan dari Tambelan ke Tanjungpinang atau sebaliknya.
Selama ini, perjalanan Tanjungpinang-Tambelan hanya bisa ditempuh melalui jalur laut dengan menggunakan kapal perintis Pelni yaitu Sabuk Nusantara.
“Perjalanan laut selama kurang lebih 30 jam. Itupun kapal beroperasi per 14 hari sekali,” kata dia.
“Belum lagi saat musim utara tiba, maka terkadang kapal tak bisa berangkat akibat gelombang tinggi. Pesawat perintis ini jadi alternatif transportasi masyarakat,” sambungnya.
*****