
Barakata.id, Batam – Seperti Superman, super hero yang punya kekuatan maha dahsyat, Suparman alias Arman juga punya satu kekuatan yang membuat banyak orang terkagum-kagum. Wartawan Batam Pos itu berulangkali terpilih menjadi “yang terhebat” di dunia kepenulisan jurnalistik.
Arman adalah sang juara. Di kalangan jurnalis di Batam, dan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) umumnya, namanya sudah dikenal sebagai “jagonya lomba”. Berbagai lomba penulisan jurnalistik yang diikutinya, sebagian besar bisa ditaklukkan oleh pria kelahiran Pacitan, 10 Maret 1982 itu.
Lomba tulis Pertamina, PGN, Astra, dan OJK hanyalah sebagian kecil kompetisi yang pernah dimenanginya. Hebatnya, semua lomba itu berada di level nasional, dengan peserta mencapai ratusan bahkan ribuan orang, dari seluruh Indonesia.
Di lingkungan orang-orang yang dekat dengannya, Arman adalah pembeda.
Kami pernah sama-sama ‘ngepos’ di kantor DPRD Batam, beberapa tahun silam. Di situlah perjumpaan dan perkenalan pertama saya dengannya.
Kehadirannya kerap ditunggu. Ia selalu datang membawa lelucon, yang membuat kawan-kawan terkekeh.
Ia murah senyum dan murah tangan. Nyaris, setiap kali meliput ke lapangan, ia suka membawa sesuatu untuk dinikmati bersama-sama. Tak mewah memang, hanya sekadar gorengan atau roti donat Tapi justru itu yang membikin suasana hidup.
Ia pernah mengatakan: “Aku nggak mau ngerepotin orang, tapi kalau dibikin repot tak masalah, aku ikhlas ,” ujarnya.
Alumnus UIN Malang ini juga ‘ngeyel’ terhadap sesuatu yang tak mengena di hatinya. Ia suka mendebat terutama soal kebijakan pemerintah yang menurutnya tidak memihak kepada masyarakat kecil.
Kami sering berbeda pendapat tentang itu. Tapi itu juga yang membuat saya hormat. Diskusi adalah diskusi, debat adalah debat.
“Pertemanan tak boleh rusak hanya karena beda pandangan,” tegasnya.
Kami punya satu kesamaan, yakni punya “Menteri Keuangan” yang sama-sama bekerja di Sekretariat Pemko Batam. Bukan hanya satu gedung tapi juga satu ruangan kerja. Hal itu kian “mendekatkan” kami, pun sebagai dua keluarga.
Kabar duka itu datang di kala hujan

Beberapa hari belakangan, Kota Batam terus ‘menangis’. Hujan seakan tak kenal lelah menyirami kota ini.
Ia tak mengenal waktu, malah lebih banyak sehari penuh dengan intensitas “sesuka hatinya”. Begitu pula hari ini, Rabu (11/12/19).
Angin yang kadang kencang kadang lembut membuat tubuh betah berlama-lama di bawah selimut. Tapi, kabar yang saya terima pagi tadi terasa lebih dingin dari segala dingin.
Sekitar pukul 09.00 WIB, ponsel berdering.
“Mas Arman sudah pergi..”
Begitulah bunyi suara dari seberang ponsel. Sesaat lamanya tak ada suara keluar dari mulut saya.
Kenangan itu spontan melompat-lompat di minda. Suara isak tangis yang mengiringi kabar duka itu, membuat perasaan berkecamuk.
Saya mahfum, yang dimaksud kalimat “Mas Arman sudah pergi” itu tentulah bahwa kawan saya itu sudah tiada lagi di dunia ini. Ia sedang memulai “perjalanan” menuju rumahNya.
Saya ingat, almarhum saat ini memang sedang berjuang melawan sakitnya. Beberapa hari lalu, ia juga sempat berobat ke rumah sakit di negeri Jiran Malaysia.
Keberangkatannya ke Malaysia juga diperbincangkan di grup WhatsApp AJi Kota Batam. Organisasi jurnalis tempat saya dan Arman sama-sama bernaung.
“Doain saja, bang,” ujar almarhum dalam pertemuan “tak sengaja” kami di sebuah rumah makan di Batam Kota, baru-baru ini.
Pertemuan itu adalah perjumpaan terakhir kami. Ia baru saja pulang menjalankan tugasnya, mengawal halaman depan (halaman 1) edisi cetak koran Batam Pos. Sekitar pukul 01.30 WIB.
Begitulah, tak ada sesiapapun yang tahu soal maut. Sosok humoris itu kini sudah pergi.
Rumah duka di Maitri Garden, Batam Kota sudah ramai saat saya sampai. Kawan-kawan jurnalis dari berbagai perusahaan media di Batam telah berkumpul. Di halaman rumah yang terpasang tenda, telinga saya banyak mendengar orang-orang membicarakan sosok almarhum.
Alhamdulillah, tak ada citra negatif tentang almarhum yang mampir ke telinga saya.
Almarhum meninggalkan satu orang istri dan dua anak laki-laki. “Semoga Allah SWT memberi kesabaran bagi mereka, tabah menjalani ujian ini.”
Ketika masuk waktu salat dzuhur yang disambung dengan salat jenazah, para pelayat pun ramai-ramai ikut ambil bagian, menyusun shaf.
Tak ketinggalan sejumlah kepala dinas Pemko Batam, termasuk Wakil Wali Kota Batam Amsakar Achmad.
Sekitar pukul 01.15, jenazah almarhum dikebumikan di pemakaman umum Sambau, Nongsa. Puluhan orang menundukkan wajah-wajah sedihnya.
Batam semakin basah. Hujan yang sempat berhenti, mulai turun lagi, seiring selesainya doa-doa dipanjatkan dari bibir kubur.
“Selamat jalan, Mas Arman. Selamat jalan sang juara, damailah engkau di sana..”
*****
Penulis : Yuri B Trisna