BARAKATA.ID, SEJARAH – Tahukah kamu kalau tingkat kemiskinan di negara berkembang, seperti Indonesia ternyata masih didominasi dengan angka yang tinggi. Menurut data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik, per Maret 2021, penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,54 juta orang.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan kalau pengentasan kemiskinan masih menjadi salah satu fokus yang ingin diwujudkan oleh pemerintah Indonesia. Ditambah lagi, pandemi Covid-19 membuat angka kemiskinan semakin bertambah, sebab banyak orang-orang di luar sana yang kehilangan pekerjaan,sehingga mengalami kekurangan ekonomi.
Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk yang masuk kategori miskin ini adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita setiap bulannya di bawah garis kemiskinan.
Baca juga : ANGKA KEMISKINAN: 4.208 Orang di Kepri Jatuh Miskin
Mengutip dari situs resmi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), singkat cerita pada 17 Oktober 1987 ada lebih dari 100 ribu orang berkumpul di Trocadéro, Paris untuk menghadiri Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Deklarasi ini bertujuan untuk menghormati korban kemiskinan, kekerasan, dan kelaparan.
Semua orang yang berkumpul di hari itu menyatakan bahwa kemiskinan adalah pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) dan menegaskan kebutuhan untuk bersama-sama memastikan bahwa hak-hak ini dihormati.
Sebagai wujud dari dilaksanakannya Deklarasi tersebut, sebuah batu peringatan pun diresmikan. Jadi, sejak saat itu orang-orang dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda berkumpul setiap tahunnya, khususnya pada tanggal 17 Oktober untuk memperbaharui komitmen mereka dan menunjukkan solidaritas mereka kepada masyarakat miskin.
Tak hanya di Paris, rupanya di sejumlah tempat yang ada di seluruh dunia pun turut dibangun replika batu peringatan 17 Oktober alias Hari Pengentasan Kemiskinan.
Salah satu replikanya sendiri terletak di Taman Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa dan merupakan situs peringatan tahunan yang diselenggarakan oleh Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat.
Adapun batu peringatan ini dijadikan sebagai lokasi berkumpulnya setiap orang di dunia, untuk menekankan perhatian mereka pada kemiskinan.
Hari Pengentasan Kemiskinan sekaligus ditetapkan PBB sebagai Hari Peringatan Internasional. Dalam resolusi 47/196 yang diadopsi pada tanggal 22 Desember 1992 silam, Majelis Umum mendeklarasikan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional dan mengajak seluruh negara di dunia untuk menyajikan dan mempromosikan kegiatan-kegiatan nyata untuk mengentaskan kemiskinan dan kemelaratan.
Saat itu, PBB juga mengundang organisasi antar pemerintah dan non pemerintah untuk membantu negara dalam mengatur peringatan Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional.
Dengan kata lain, PBB memiliki misi jika setiap tanggal 17 Oktober memberikan kesempatan bagi banyak orang untuk mengakui upaya dan perjuangan orang-orang yang hidup dalam kemiskinan. Memberikan kesempatan bagi mereka untuk membuat keprihatinan mereka didengar, dan juga sebagai momen untuk mengakui bahwa orang miskin adalah orang pertama yang berjuang melawan kemiskinan.
Baca juga : Jumlah Warga Miskin Meningkat Selama Pandemi, Terburuk Selama 30 Tahun Terakhir
Berdasarkan data yang ada, selama pandemi Covid-19 terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir, setidaknya mengakibatkan lebih dari 3,7 juta kematian dan membalikkan kemajuan pemberantasan kemiskinan yang telah diusahakan selama puluhan tahun lamanya.
Selain itu, menurut laporan dari Bank Dunia tentang Dampak kemiskinan yang diproyeksikan dari COVID-19, terdapat sekitar 71 sampai 100 juta orang masuk dalam golongan kemiskinan yang terjadi akibat dari krisis.
Adapun mayoritasnya berasal dari negara di kawasan Asia Selatan dan sub negara-negara Sahara dimana tingkat kemiskinan memang sudah tinggi.
Sementara itu, pada tahun 2021, jumlahnya bahkan diperkirakan meningkat, yakni antara 143 sampai 163 juta orang. Golongan yang bisa disebut sebagai ‘orang miskin baru’ ini akan bergabung dengan 1,3 miliar orang yang sudah hidup dalam kemiskinan multidimensi, yang mana jumlahnya semakin parah selama pandemi berlangsung.
Pada akhirnya, pandemi Covid-19 memang benar-benar memberikan dampak yang signifikan, khususnya kemiskinan yang ada di seluruh penjuru dunia.