

Barakata.id, Batam – Peneliti Universitas Airlangga (Unair) Dokter Purwati bersama Badan Intelijen Negara (BIN) dan Gugus Tugas Nasional terus melakukan penelitian untuk memutakhirkan resep penyembuhan COVID-19.
Penelitian terkait regimen kombinasi obat dan stem cell yang dilakukan menunjukkan hasil yang positif. Regiman merupakan komposisi jenis dan jumlah obat serta frekuensi pemberian obat sebagai upaya terapi pengobatan.
Kombinasi obat-obatan yang dilakukan penelitian diambil dari obat-obatan yang sudah ada di pasaran. Kemudian diteliti potensi dan efektivitasnya sehingga menjadi obat yang mempunyai efek antiviral terhadap SARS-CoV-2.
“Pengobatan berbasis virus isolat Indonenesia dilakukan dengan mengambil sampel dari pasien di RSUA yang telah mendapatkan sertifikat laik etik, melalui serangkaian proses,” ujar Purwati di Media Center Gugus Tugas Nasional, Jakarta, Jumat (12/6/20).
Baca Juga :
Jaga Jarak Turunkan Risiko Penularan Covid-19 Hingga 85 Persen
Dari 14 regimen obat yang diteliti, ada 5 kombinasi regimen obat yang mempunyai potensi dan efektivitas yang cukup bagus untuk menghambat virus masuk ke dalam sel target. Lima kombinasi regimen obat itu juga berpotensi membantu penurunan perkembangbiakannya di dalam sel.
“Hasil tersebut dapat diikuti bertahap dari 24 jam, 48 jam dan 72 jam, dan virus tersebut yang jumlahnya ratusan ribu berkurang hingga tak terdeteksi,” ucapnya.
Saat konferensi pers, Purwati menunjukkan kemasan kombinasi obat yang belum diperjualbelikan. Itu merupakan hasil kolaborasi Unair, BIN dan juga BNPB.
“Jadi ada 5 macam kombinasi yaitu lopinavir atau ritonavir dan azithromycin. Kedua, lopinavir atau ritonavir dan doxycycline. Ketiga lopinavir atau ritonavir dan clarithromycin. Keempat, hydroxychloroquine dan azithromycin dan kelima kombinasi hydroxy dan doxycycline,” ucap Purwati.
Ia mengatakan dipilihnya regimen kombinasi karena potensi dan efektivitas yang cukup bagus terhadap daya bunuh virus. Dosis kombinasi yang lebih kecil 1/5 sampai 1/3 dari dosis tunggal sehingga sangat mengurangi toksitas obat tersebut di dalam sel tubuh yang sehat.
Ia mengatakan, hasil penelitiannya menunjukkan jumlah virus menurun sampai tidak terdeteksi setelah diberi regimen obat tersebut. “Maka bisa memutus mata rantai penularan,” harapnya.
Pemanfaatan regimen obat menggunakan obat yang beredar di pasaran disebabkan obat tersebut sudah melalui berbagai macam pengujian sampai dengan mendapatkan surat ijin edar dari Badan POM, mulai dari invitro, enema sampai dengan post marketing drug.
Ia menyebut di era pandemi ini dibutuhkan obat yang cepat, tepat serta sudah teruji.
Sedangkan untuk jenis stem cell yang diteliti sebagai antiviral pada COVID-19 ini yaitu HSCs ( Haematopetics Stem Cells) dan NK (Natural Killer) Cells. Setelah diteliti potensi dan efektivitasnya dengan uji tantang pada virus isolat Indonesia, HSCs yg diambil dari darah dibiakkan 3-4 hari, didapatkan hasil setelah 24 jam virus menjadi tidak terdeteksi.
Baca Juga :
Gejala, Penyebaran, Penanganan dan Penyembuhan Covid-19
Sedangkan untuk NK cells, bahannya diambil dari Pheriperal blood mononucleated cells yang dikendalikan selama 7-14 hari di laboratorium sel punca. Setelah 72 jam, NK cells melakukan inaktivasi sebagian besar virus sehingga bisa direkomendasikan untuk pencegahan dan juga pengobatan.
Pengaturan untuk upaya pencegahan dengan NK cells bisa bertahan kurang lebih 4 bulan dan itu sangat biologis karena bisa diambil dari darah pasien itu sendiri.
“Kami berharap apa yang kami lakukan BIN, Gugus Tugas Nasional dan seluruh pihak dapat memberikan manfaat tidak hanya kepada masyarakat di Indonesia tetapi juga dunia,” ucap Purwati.
***
Sumber : covid-19.go.id