Beranda Kepulauan Riau

Poros Maritim Dunia di Selat Malaka, Potensi Sekaligus Ancaman (1)

Batam Bisa Jadi Pusat Kargo Dunia

175
0
Proses bongkar muat di Pelabuhan Batu Ampar. Pelabuhan ini menjadi andalan Batam sebagai pintu masuk dan keluar logistik, yang pengelolaannya di bawah BP Batam. (F: Fadhil untuk Barakata.id)
DPRD Batam

Barakata.id- Suara mesin truk kontainer terdengar menderu di bawah terik matahari. Puluhan kendaraan berat tersebut tampak hilir mudik, dan sebagian masih menunggu antrean di bawah crane kontainer. Di ujung pandangan, satu per satu peti kemas diangkat dan dipindahkan ke truk yang sudah menunggu.

Suasana sibuk itu terlihat di Pelabuhan Batu Ampar, Kecamatan Batu Ampar, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis (23/9/21). Saat itu, proses bongkar muat kapal sedang berlangsung di salah satu dermaga pelabuhan yang menjadi andalan Batam sebagai pintu masuk dan keluar logistik, yang pengelolaannya di bawah Badan Pengusahaan (BP) Batam tersebut.

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

Tim dari In House Training Jurnalistik Maritim Berwawasan Kebangsaan yang mengikuti pelatihan wartawan perbatasan yang digelar oleh Lembaga Penguji Kompetensi Wartawan (LPKW) UPN ‘Veteran’ Yogyakarta bekerjasama dengan Kedutaan Besar (Kedubes) AS mengulas pengelolaan potensi kemaritiman di kawasan Selatan Malaka yang belum optimal ini.

Baca Juga:

Kota Batam di Pulau Batam secara geografis memang memiliki keistimewaan karena letak perairannya berada di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional terpadat dan tersibuk di dunia.

Kurang lebih 90.000 kapal kargo dan minyak berbagai ukuran setiap tahun atau 7.500 kapal per bulan melintas di selat sempit Selat Philip dan Selat Malaka menuju perairan Karimum untuk kemudian ke seluruh tujuan berbagai negara di berbagai belahan dunia.

Di sisi lain, Provinsi Kepri yang merupakan provinsi kepulauan dengan luas wilayah 8.201,72 kilometer persegi dan 96 persennya adalah jalur pelayaran laut yang terbentang dari selat Malaka sampai dengan laut (Natuna) Cina Selatan. Berbatasan langsung dengan Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Singapore serta menjadi poros utama pelayaran dunia.

Potensi ekonomi dari berkah geografis ini sangatlah besar terutama di bidang pelabuhan peti kemas dan lego jangkar. Potensi ini baru mampu dikelola maksimal oleh negara tetangga Singapura.

Diolah dari Berbagai Sumber.

Asisten II Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri, Syamsul Bahrum dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Kemaritiman di The Golden Bay Hotel, Kecamatan Bengkong, Kota Batam, belum lama ini, menyebut perlu penguatan sektor ini demi terwujudnya keunggulan di bidang maritim.

Dalam kegiatan bertajuk Peluang, Tantangan, dan Sinergi untuk Memajukan Bisnis Maritim Kepri Khususnya Kota Batam dan Sekitarnya itu, Syamsul mengatakan, ada lima sektor yang perlu diperkuat jika Batam ingin memaksimalkan sektor kemaritiman. Adapun lima sektor itu adalah sumber daya manusia di sektor maritim, penguatan ekonomi kemaritiman, infrastruktur sektor kemaritiman, diplomasi tentang kemaritiman, dan pertahanan.

Presiden INAMPA, Pasoroan Herman Harianja, mengatakan, potensi kemaritiman di Indonesia ditaksir sekitar USD1,33 triliun. Dari total potensi itu, sekitar USD10 miliar ada di Kepri. Untuk itu, perlu memaksimalkan potensi tersebut demi kemajuan maritim daerah tersebut. Saat ini potensi tersebut baru sekitar 10 persen yang dimanfaatkan.

Potensi nyata yang bisa memberikan pemasukan besar adalah menjadikan Batam sebagai pusat kargo dunia dan pengelolaan lego jangkar.

Data dari BP Batam, Pelabuhan Batu Ampar memiliki kapasitas 420 ribu twenty foot equivalent units (TEUs) per tahun. Meski kalah jauh dibanding kapasitas pelabuhan di negara tetangga Singapura dan Malaysia yang saat ini menjadi transhipment atau terminal penghubung internasional.

“Untuk tahun ini mulai dioperasikan dermaga utara. Mulai tahun depan sudah mulai revitalisasi dermaga selatan dan utara, termasuk juga tempat penyimpanan kontainer (container yard) yang akan ditambah empat hektare. Setelah itu, baru diperbaiki yang dermaga timur,” kata Deputi IV Bidang Pengusahaan BP Batam, Syahril Japarin terkait rencana pembangunan Pelabuhan Batu Ampar.

Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, telah memasang target peningkatan kapasitas pelabuhan tersebut menjadi satu juta TEUs. Sebagai catatan, setidaknya terdapat 65 juta TEUs kontainer diangkut kapal yang berlalu lalang di Selat Malaka. Dari total jumlah itu, Batam hanya mampu memanfaatkan 420 ribu TEUs melalui Pelabuhan Batu Ampar.

Kepala BP Batam, Muhammad Rudi dalam sebuah acara menyebutkan untuk menyempurnakan pembangunan Pelabuhan Batu Ampar, membutuhkan anggaran Rp12 triliun.

“Untuk membangun pelabuhan ini menjadi sempurna, butuh Rp12 triliun. Tapi, belum ada perusahaan masuk dan sekarang masih BP Batam yang membangun bertahap,” katanya.

Saat ini BP Batam mulai membangun terminal peti kemas atau container yard seluas 6 hektare. Terminal peti kemas itu dibangun dua bagian, 4 hektare di bekas gudang Persero dengan anggaran pembangunannya mencapai Rp51 miliar.

Sementara terminal kedua, berada di atas lahan 2 hektare yang sudah dibangun dengan anggaran Rp13 miliar yang ditargetkan selesai tahun 2021. Tak hanya itu, di lokasi tersebut juga akan dilakukan pendalaman alur laut.

Menurut Rudi, pelabuhan tersebut jadi salah satu andalan pendapatan BP Batam di sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), di mana pada semester pertama tahun ini sudah terkumpul Rp38 miliar.

Sementara terkait pengelolaan lego jangkar, ini merupakan potensi yang sangat besar yang belum mampu digarap dengan maksimal. Sebagai perbandingan, Singapura sangat berhasil menyediakan kawasan lego jangkar, jasa pandu, penjualan air bersih, dan memasok bahan bakar untuk kepentingan bahan bakar kapal. Usaha lego jangkar ini berimbas pada kontribusi di sektor lain di darat seperti kebutuhan pasokan bekal kapal, akomodasi awak di darat, dan tentu perhotelan.

Mengelola kawasan lego jangkar di depan alur laut lalulintas pelayaran dunia memberikan pemasukan yang sangat besar bagi Singapura. Tidak heran jika dari jasa pandu kapal senilai 65.000 dollar AS per kapal. Singapura disinyalir mengantongi sekitar 30 trilun rupiah setiap tahunnya.

Itu belum termasuk biaya lego jangkar yang dihitung perhari per kapal, pasokan akomodasi, bahan bakar minyak, gas, dan air. Di darat, Kota Batam sendiri sudah memiliki berbagai fasilitas untuk menjadi kota persinggahan awak kapal. Hal itu didukung banyaknya hotel, tempat hiburan, dan berbagai kebutuhan sebagai kota persinggahan.

Mengelola kawasan perairan sebagai kawasan lego jangkar membutuhkan pengelolaan yang maksimal mulai dari memberi keamanan dari sisi kedalaman perairan sehingga kapal dengan tonase besar mampu berlabih sehingga tidak khawatir kandas, kepercayaan internasional dalam mengelola jasa pandu kapal dengan memiliki sertifikat IMO (International Maritime Organization).

*Laporan: Tim dari In House Training Jurnalistik Maritim Berwawasan Kebangsaan/ berbagai sumber