

Barakata.id, Blitar (Jatim) – Guna menanggulangi bencana banjir setiap musim penghujan, Perum Perhutani Blitar melakukan penataan dan penutupan tanaman tebu yang ada di Petak 73G Resort Pengelolaan Hutan (RPH) Gondanglegi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lodoyo Barat.
Mengingat masih Pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PPKM Darurat, maka pelaksanaan penataan dan penutupan tanaman tebu dilaksanakan secara seremonial dengan di hadiri Wakil Bupati Blitar H. Rahmad Santoso, Komandan Kodim 0808/Blitar Letkol Inf Didin Nasrudin Darsono, Pabin Polres Blitar Kompol Tatit Subiaktoro, Jajaran OPD Pemkab Blitar, Ketua Yayasan Karya Cipta Abisatya Agus Budi Sulistiyo, Muspika Sutojayan dan Wonotirto, para Kepala RPH dan Kepala BKPH Wilayah ADM Blitar, para pengurus LMDH Kecamatan Sutojayan dan Wonotirto, serta 60 orang perwakilan dari petani tebu.
Dalam sambutanya, Teguh Waluyo Sejati selaku kepala Administratur Perum Perhutani Blitara mengatakan, Bahwa kegiatan hari ini merupakan untuk menata komuditi tanaman yaitu dengan penutupan tanaman tebu dikawasan lahan milik Perum Perhutani dengan tujuan demi melestarikan lingkungan hutan dalam rangka mengantisipasi serta meminimalisir terjadinya bencana alam berupa banjir.
Menurut Teguh, beberapa dekade di musim penghujan selalu terjadi kenaikan debet air, sehingga dapat dimungkinkan terjadinya bahaya banjir. Selain itu, faktor lain yang perlu penataan kembali yakni akibat penjarahan hutan pada tahun 2000 yang mengakibatkan tanaman perhutani hilang.
Lalu, kepala Administratur Perum Perhutani Blitar ini mengajak masyarakat sekitar hutan untuk saling menjaga fungsi hutan, guna kesejahteraan dan kepentingan bersama.
“Setelah dilakukan penataan dan penutupan tanaman tebu akan diganti dengan komoditi yang lain karena di eks lahan penjarahan hutan saat ini mayoritas ditanami tebu, dan tidak benar apabila seluruh lahan petani tebu ditutup namun demikian kedepan akan kita tata sesuai kebutuhan wilayah kehutanan,” ujarnya, Kamis (22/7/2021) saat memberikan sambutan di rumah Dinas KRPH (Kepala Resort Pemangkuan Hutan) Kepek BKPH Lodoyo Barat, Desa Ngeni Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar.
Di kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Karya Cipta Abisatya, Agus BS menuturkan, bahwa kami bukan tidak suka dengan lahan perhutani yang ditanami tebu, namun tanaman tersebut akan diganti dengan komuditi lain yang lebih dapat mensejahterakan masyarakat seperti misalnya tanaman polowijo sesuai dengan posisi kemiringan lahan sehingga dapat efektif dan tanaman tegakan tetap lestari.
Disamping itu, pihaknya sebagai salah satu warga masyarakat pecinta lingkungan melakukan hal ini bertujuan untuk meminimalisir pencurian kayu tegakan di wilayah kawasan hutan yang dapat merusak lingkungan yang berdampak banjir.
Dimana, banjir tersebut bisa berdampak terhadap 5 Desa dan Kelurahan. Yakni Desa Bacem, Desa Pandanarum, Kelurahan Kedungbunder, Kelurahan Sutojayan dan Kelurahan Kalipang.
“Sementara luasan lahan yang akan di tata seluas 77 hektar,” ungkapnya.
Wakil Bupati Blitar H. Rahmad Santoso menambahkan, untuk meminimalisir terjadinya banjir maka kita harus menata serta melestarikan hutan karena hutan merupakan paru – paru dunia dan hutan banyak bermanfaat bagi manusia.
Maka dari itu, pemerintah daerah (Pemda) terus menggalakkan program reboisasi dan mendorong semua pihak ikut berpartisipasi agar hutan kembali hijau.
Kemudian Makdhe Rahmat berpesan, setelah masa panen tebu selesai maka wilayah petak yang digunakan agar harus kembali hijau dan banyak pohon besar di wilayah tersebut, sehingga sebagai peyangga air.
Menurutnya, hutan produksi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat sekitar hutan. Nantinya hutan bisa menjadi destinasi wisata yang jelas mendatangkan visa, tentunya ini sejalan dengan Panca Bhakti ke lima yaitu Pesona Blitar Raya.
“Mari bersama-sama bersinergi melestarikan hutan dan mengembalikan fungsi hutan sebagaimana mestinya,” Wabup Blitar.
Reporter : Achmad Zunaidi