
Nokia melahirkan Nokia 9110i Communicator di tahun 1998 sejalan dengan maraknya boyband dan gameboy yang mendominasi budaya populer. Kehadiran Nokia 9110i Communicator ini cukup fenomenal lantaran kemampuannya yang “dinilai setara dengan komputer”.
Hadir dengan ukuran yang “cukup nyaman” untuk digenggam dan dikantongi, Nokia 9110i Communicator menjadi pilihan banyak kalangan utamanya kaum profesional muda. “Ia bisa menghubungkan ke dunia baru yang dikenal sebagai internet.”
Apalagi, di masa itu, harga sebuah laptop di Indonesia masih termasuk kategori “barang mahal” ditambah lagi dengan adanya ancaman serius dari bug Y2K di seluruh dunia. Dan Nokia sangat jeli melihat peluang dengan mengeluarkan Nokia 9110i Communicator, “ponsel dengan papan ketik”.
Sekarang, walau umurnya sudah 21 tahun, Nokia 9110i Communicator ternyata masih “cukup dihargai”. Banyak kolektor yang memburu ponsel cerdas ini. Dan harganya pun cukup lumayan tinggi.
Di situs penjualan eBay, misalnya, harga bekas Nokia 9110i Communicator dibanderol minimal USD 100 atau sekitar Rp1,4 juta. Itu artinya, Nokia 9110i Communicator masih mampu bersaing dengan harga smartphone atau baru nan canggih seperti keluaran Samsung maupun Iphone dari Apple.
PhoneArena menyebut, “Nokia memiliki visi untuk masa depan teknologi seluler dalam wujud seri Communicator”. Itu lantaran, meski termasuk ponsel ‘jadul’ tapi sampai sekarang masih banyak dicari.
Peluang Nokia di tengah kasus Huawei

Belakangan ini, produsen smartphone asal Cina, Huawei diterpa ancaman serius pemblokiran massal oleh beberapa perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS) akibat perang dagang antara Cina dan AS. Nokia pun melihat kasus tersebut sebagai peluang.
“Kami melihat ada kesempatan jangka panjang terkait embargo AS terhadap Huawei. Namun, sekarang kami sulit untuk menjelaskannya,” kata CEO Nokia, Rajeev Suri dikutip dari Reuters, Rabu (22/5/19).
Rajeev Suri sadar bahwa Nokia agak terlambat masuk ke industri 5G. Karena itu, “Nokia harus mengejar ketertinggalan,” katanya.
“Nokia harus menggabungkan manufaktur teknologi milik sendiri dengan pabrik hasil akuisisi Alcatel-Lucent.”
“Ya, kami terlambat dalam hal pengembangan jaringan 5G. Tak cuma dalam hitungan beberapa minggu, tetapi beberapa bulan. Sekarang, kami harus mengejar ketertinggalan itu,” kata Suri pada rapat tahunan pemegang saham.
Nokia mendapat satu kontrak tambahan untuk bisnis jaringan 5G dengan perusahaan besar lain, karena berhasil memenangkan tender proyek strategis.
“Kami menghadirkan beberapa jaringan 5G, bahkan yang pertama di dunia,” kata dia.
Saat ini, Nokia mempunyai 35 kontrak jaringan 5G komersial di berbagai kawasan dunia. Dari jumlah itu, 20 di antaranya merupakan proyek raksasa milik perusahaan-perusahaan besar, seperti T-Mobile, AT&T, STC, dan Telia.
Para ahli berpendapat bahwa Nokia dan Ericsson akan mendapatkan keuntungan dari ketegangan antara AS dengan Huawei.
Fokus di baterai, layar, dan kamera
Head of Marketing HMD Global Indonesia, Miranda Warokka mengatakan, pihaknya berusaha untuk mencari celah dengan menjual ponsel yang memiliki fitur unggulan di luar ketiga aspek utama. Misalnya dengan memunculkan tombol khusus Google Assistant merupakan salah satu fitur yang menjadi andalan di ponsel teranyar Nokia, 4.2.
HMD Global sebagai pemegang lisensi Nokia mengatakan bisnis ponsel di Indonesia hanya berkutat di tiga aspek fitur: baterai, layar, dan kamera.
“Dari segi pendekatan proposisi penjualan, pasar Indonesia sebenarnya sudah banyak fitur sama. Maka kami berusaha untuk berbeda itu dengan yang tadi. Pasar Indonesia semua orang juga bersaing di hal yang sama. Kalau tidak baterai, kamera, ya layar,” ujar Miranda usai acara peluncuran Nokia 4.2 di Jakarta, Selasa (7/5/19) lalu seperti dikutip dari Uzone.
Miranda mengatakan, “Nokia justru menekankan beberapa fitur yang dikesampingkan oleh produsen ponsel pintar lain, seperti Android One murni yang tidak memiliki banyak bloatware.”
Kehadiran Android One disebut menstabilkan performa dan konsumsi rendah baterai. Selain itu, Miranda mengklaim bahwa tombol khusus Google Assistant yang diusung oleh Nokia 4.2 “merupakan fitur pertama di Indonesia”.
“Masyarakat dan media terbiasa selalu bertanya Nokia ada fitur baru apa, itu karena teredukasi ponsel pintar bertanding di tiga fitur itu di Indonesia. Karena sudah teredukasi seperti itu,” katanya.
Miranda menjelaskan, alasan pihaknya menyematkan tombol khusus Google Assistant mencoba untuk mengedukasi pasar tentang pentingnya layanan ini beserta fitur turunannya. Fitur turunan tersebut seperti fitur kamera Google Lens, Google Motion, hingga fitur untuk membantu memudahkan aktivitas pengguna.
Ia mengaku Google Assistant memang belum digunakan secara masif di Indonesia. Salah satu kendalanya, menurut Miranda adalah “pengetahuan masyarakat yang belum mengetahui bahwa Google Assistant memiliki banyak fitur.”
Menurutnya, ketidaktahuan tersebut membuat Google Assistant dianggap sebelah mata dan kerap dipandang tidak penting.
“Kami, Nokia, terus terang saja mengedukasi bahwa masih banyak edukasi lainnya di luar tiga hal tersebut. Google Assistant sendiri memiliki banyak fungsi seperti well being function lalu fungsi untuk penghemat baterai hingga asisten pribadi,” ujarnya.
*****