
Barakata.id, Jateng – Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko meminta rumah sakit jujur dalam menangani pasien. Jangan sampai semua pasien yang meninggal dunia di rumah sakit dinyatakan positif Covid-19.
Moeldoko mengaku banyak menerima informasi, juga isu yang berkembang di tengah masyarakat tentang rumah sakit yang memanfaatkan pandemi Covid-19 untuk mencari keuntungan.
Isu yang beredar di masyarakat, lanjut Moeldoko, banyak rumah sakit yang memvonis pasien meninggal dunia disebabkan oleh virus corona. Padahal, hasil uji lab pasien tersebut belum keluar.
Baca Juga :
- Covid-19 Nasional Hari Ini: 4.510 Pasien Sembuh, Positif Tambah 4.282 Kasus
- Jenazah Pasien Covid-19 Diambil Paksa di Batam, Kadinkes: Keluarga dan Pelayat Akan Dites Swab
Perbuatan itu dilakukan pihak rumah sakit demi mendapatkan anggaran dari pemerintah.
“Isu-isu seperti ini yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat, jadi harus segera ditangani,” katanya usai rakor penanganan Covid-19 di Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Semarang, Rabu (1/10), dikutip dari laman Pemprov Jateng.
“Bukan hanya di sini (Jateng) isunya, tapi terjadi di semua wilayah Indonesia,” sambungnya.
Moeldoko menegaskan bahwa pihak rumah sakit harus transparan terkait hasil pemeriksaan terhadap pasien meninggal dunia. Semua kematian harus didefinisikan dengan jelas, berdasarkan hasil lab atau pemeriksaan klinis terhadap si pasien.
“Sangat banyak isu yang beredar soal ini. Ada yang diduga terpapar virus corona kemudian meninggal, padahal hasil tes swab belum keluar, tapi sudah divonis kena Covid-19. Kemudian saat hasil tes keluar ternyata negatif,” katanya.
“Kalau begitu kan kasihan keluarganya. Ini contoh yang harus segera kita perbaiki. Kalau itu benar, harus ditindak tegas,” sambung dia.
“Jangan sampai ini menguntungkan pihak-pihak yang memang ingin mengambil keuntungan dari pandemi,” pungkas Moeldoko.
Di tempat yang sama, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengatakan bahwa isu tentang adanya rumah sakit yang mencari untung dari pasien meninggal juga beredar di masyarakat Jateng.
Menurut Ganjar, pihaknya sudah
menggelar pertemuan dengan seluruh jajaran rumah sakit rujukan Covid-19 dan pihak terkait lainnya di Jateng untuk mengantisipasi dan mencegah kejadian itu.
“Kita sudah putuskan dalam pertemuan itu, setiap pasien meninggal yang diduga karena Covid-19 harus sudah terverifikasi. Artinya, otoritas dokter di rumah sakit harus membuat catatan penyebab kematian jika ada pasien yang meninggal. Catatan itu diberikan kepada kami untuk diverifikasi apakah benar pasien itu positif Covid-19,” katanya.
Baca Juga :
- Geger! Keluarga Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid-19 di RSBK Batam
- Serupa di Batam, Warga Ambon Juga Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid-19
Dengan sistem verifikasi kematian pasien diduga terpapar Covid-19 ini, lanjut Ganjar, akan membuat rilis data angka kematian menjadi delay atau tertunda.
Namun demikian, menurut Ganjar, lebih baik delay daripada di kemudian hari bermasalah.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo mengatakan, pendataan kematian pasien Covid-19 memang berbeda. Misalnya, ada orang sakit berat yang memang sudah sulit untuk ditolong, lalu saat diperiksa meninggal.
“Ada pasien stroke berat yang memang sulit ditolong, misalnya. Lalu kita periksa tapi meninggal, dan diketahui ada virus corona,” katanya.
“Gampangnya itu disebut death with covid. Nah, sekarang di Jateng itu entah kematian karena covid atau dengan covid kita masukan semua sebagai kematian covid dan lakukan pemakaman seperti covid,” kata dia.
*****
Editor : YB Trisna