

Barakata.id, Budaya- Tradisi Mandi Safar merupakan salah satu ritus budaya Melayu. Kegiatan ini sudah berlangsung sejak lama, yakni sejak Kesultanan Riau Lingga.
Kali ini tradisi tersebut diselenggarakan oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Nongsa dan masyarakat Kampung Terih, Kelurahan Sambau, Nongsa, Rabu (6/10/21).
Bagi masyarakat Melayu, Mandi Safar ini merupakan tradisi untuk memohon perlindungan. Serangkaian doa bersama dilakukan usai prosesi mandi tersebut.
Baca Juga:
- Pantun Diakui Jadi Warisan Budaya Dunia Takbenda
- Lomba Jong Ikut Jadi Penggerak Wisata Olahraga Budaya
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata yang menghadiri kegiatan tersebut mengatakan, sebelum Mandi Safar juga dilakukan ritual Besapa.
“Ritual Besapa ini yakni meminta doa selamat,” ujarnya.
Mandi Safar terbagi dalam tiga cara, yakni berbedak langi. Bedak tersebut terbuat dari beras yang digiling dan dijadikan tepung basah. Tepung itu dicampur dengan kunyit dan jeruk purut sebagai pewangi.
“Tata cara ini bertujuan untuk membersihkan jasmani,” terang Ardi.
Setelah itu dilanjutkan dengan berenang ke laut melewati Wapak yang bertuliskan huruf Arab. Ini merupakan filosofi untuk menghilangkan hal negatid pada diri manusia. Selain itu juga dilakukan mandi tolak balak.
Prosesi ini ditutup dengan berdoa bersama dan menikmati sajian juadah, makanan khas Melayu.
Ardi mengatakan, Mandi Safar merupakan salah satu atraksi budaya dan pariwisata yang menarik untuk wisatawan. Ia mengapresiasi eksistensi Mandi Safar ini dan bahkan dilestarikan oleh masyarakat Melayu.
Dalam hal kebudayaan, Kota Batam memiliki Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Di dalamnya ada 10 unsur yang tercantum. Di antaranya olahraga tradisional, sastra lisan, ritus dan sebagainya.
“Ini (Mandi Safar) namanya ritus yakni kebiasan yang harus dijaga dengan baik. Atraksi ini kita catat di Warisan Budaya Tak Benda (WBTB),” ucapnya.
Dia berharap ritus Mandi Safar ini dapat dikenal oleh generasi muda, sehingga nantinya akan terus dilestarikan oleh generasi-generasi selanjutnya.
Saat ini Disbudpar Batam juga telah memiliki Tim Ahli Cagar Budaya (TACB). Ardi pun mengajak, warga di Kampung Terih untuk mencatat cagar budaya.
“Jika ada bangunan bersejarah itu namanya cagar budaya, atraksi namanya Warisan Budaya Tak Benda. Masyarakat boleh mencatat nanti kita kurasi dan kita daftarkan,” terangnya.
Menurut dia, Pemko Batam peduli dengan kebudayaan, oleh karena itu masyarakat juga bisa ikut mencatat budaya yang ada di Kota Batam.
“Kenapa pantun, angklung, diakui Unesco, karena didaftarkan. Mengapa tidak Mandi Safar, tari Jogi dan lain-lain didaftarkan,” ungkapnya.
Kampung Terih sendiri pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ekraf) yakni Anugerah Pesona Indonesia (API) Tahun 2018. Kampung Terih dinobatkan sebagai tujuan wisata baru terpopuler di Kota Batam.
Ia menyebut ada tiga hal untuk mengembangkan pariwisata yakni aksesbilitas, amenitas, dan atraksi. Kampung Terih sudah memenuhinya seperti dekat dengan rumah sakit, mempunyai panggung, dan sebagainya.
Namun, saran Ardi masyarakat mulai mengembangkan homestay. Sehingga nantinya wisatawan tidak tinggal di tengah kota Batam saat berkunjung ke sana, melainkan tinggal di rumah warga.
Dia berjanji jika nantinya border Singapura dan Malaysia sudah dibuka, maka dia akan ikut mempromosikan homestay tersebut.
“Jangan meniru rumah kota, kita bikin rumah ala homestay,” ujarnya.
Baca Juga:
- Gubernur Minta LAM Kepri Berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan untuk Lestarikan Budaya Melayu
- Pemantun Pernikahan, Menjaga Tradisi Pantun di Bumi Kepri
Terkait kebudayaan yang ada di Batam, Pemko Batam saat ini tengah berupaya untuk merangkumnya di Museum Batam Raja Ali Haji.
Museum yang terletak di Dataran Engku Putri Batam Center ini menampilkan sejarah peradaban Batam. Mulai dari sejak Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Pertama, era BJ Habibie, Kota Administratif, masuk Sejarah Astaka, Khazanah Melayu, dan infrastruktur atau era Batam sekarang.
“Ayo berkunjung, museum ini bersifat universal, disana ada khazanah Melayu, Riau Lingga,” sebutnya. (asrul)