Barakata.id, Batam – Lion Air Group dan Garuda Indonesia berkolaborasi membangun bengkel pesawat di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Nantinya, area bengkel itu akan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul) alias hanggar pesawat di Indonesia.
Pembangunan bengkel pesawat itu akan digarap oleh Batam Aero Technic (BAT), lini usaha Lion Group dan anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) yakni PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI).
Baca Juga : Garuda Imbau Penumpang Tak Ambil Foto di Pesawat
Alasan di balik kerja sama dua grup maskapai penerbangan itu, karena pemerintah ingin mendorong lahirnya hanggar pesawat yang bisa bersaing dengan bengkel pesawat di kawasan regional.
“Saya bilang (ke Garuda dan Lion), enggak boleh bikin MRO masing-masing, nanti bersaingnya dengan regional,” kata Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Darmin Nasution di Jakarta, dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (14/10/19).
Darmin mengatakan, ada dua KEK dalam proses persiapan dan tinggal menyiapkan dokumen peraturan pemerintah (PP), salah satunya Batam ini.
“[KEK] pertama MRO kerja sama antara Lion Group dan Garuda, untuk maintenance,” katanya.
Menurut Darmin, dengan perkembangan yang ada, maka KEK saat ini sudah ditetapkan 13 dan empat masih dalam proses PP-nya keluar sehingga jumlahnya 17 KEK.
“Ada pariwisata juga tapi masih kurang persyaratannya. Ada dua KEK, Sungai Liat di Provinsi Bangka Belitung [Babel] dan Tanjung Gunung di Babel.”
Dengan adanya sinergi dan kerja sama antar para pihak ini diharapkan makin banyak tercipta KEK yang bisa meyakinkan investor dan dunia usaha sehingga bisa berkontribusi pada ekonomi Indonesia.
“Kita anggap penting ada kerja sama dengan Kadin. Makin banyak KEK makin penting, ada upaya-upaya meyakinkan investor, yang pasti dunia usaha. Mereka [investor] lebih percaya Kadin daripada pemerintah.”
Kerja sama Lion dan Garuda ini membuat harga saham GIAA pada penutupan perdagangan Jumat ini (11/10) meroket hingga 10,48 persen di level Rp580/saham. Year to date, saham GIAA sudah melesat 95 persen sejak awal tahun dengan catatan net buy asing Rp96,90 miliar.
Kerja sama BAT dan GMFI tertuang melalui kesepakatan pengembangan kerja sama, peresmian dan peletakan batu pertama pembangunan hanggar tahap III dan hanggar joint venture. Keduanya akan membangun delapan unit hanggar yang dapat menampung 24 pesawat Boeing 737 dan Airbus 320.
Pembangunan itu diharapkan dapat meningkatkan serapan perawatan pesawat baik dalam dan luar negeri, serta meminimalisir jumlah pekerjaan yang dikirim ke luar negeri.
Kedua pihak juga sepakat bersama mitra pabrikan ban pesawat juga meneken kesepahaman pembangunan pabrik dan vulkanisir ban pesawat (tire retread).
Sebelumnya, Direktur Utama Batam Aero Technic, I Nyoman Rai Pering Santaya mengatakan, tujuan kerja sama ini tak lain demi sinergi mendukung bidang aviasi. Menurut dia, iklim usaha yang diciptakan oleh pemerintah sangat mendukung pertumbuhan dan pengembangan di Indonesia.
“Sebagai pelaku usaha di bidang industri penerbangan khususnya jasa angkutan udara sangat merasakan bantuan dan dukungan dari pemerintah dalam rangka pengembangan dan pertumbuhan bidang usaha industri penerbangan,” kata dia.
Baca Juga : Harga Tiket Pesawat Turun Mulai Pekan Depan
Sayangnya belum diungkapkan besaran dana investasi hanggar ini.
Namun mengacu data laporan keuangan GMFI per Juni 2019, anak usaha Garuda ini sebetulnya sudah mendapatkan fasilitas kredit investasi untuk pembangunan hanggar sebesar Rp490 miliar dan US$ 6 juta (sekitar Rp84 miliar, asumsi kurs Rp14.000/US$).
Fasilitas kredit ini jatuh tempo pada 26 November 2025 dengan suku bunga mengambang sebesar LIBOR (London Interest) 3 bulanan ditambah 3,50 persen per tahun untuk fasilitas Rp490 miliar dan suku bunga tetap sebesar 6,00 persen per tahun untuk fasilitas US$ 6 juta.
*****
Sumber : CNBC Indonesia