Catatan – Secara esensial Gotong Royong bermakna bahu membahu mewujudkan visi bersama. Dengan demikian paradigmanya adalah hidup bersama dalam sebuah kawasan (Negara) dengan dialog, bukan konflik. Jika setiap warganya memiliki cara dan sisi pandang yang berbeda, maka mereka akan melakukan negosiasi, sehingga tidak saling mengintimidasi satu sama lainnya.
Ir. Soekarno menyatakan gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu bersama (BPUPK-01 Juni 1945).
Pada bagian lain pemikiran Soekarno dikemukakan pancasila, disederhanakan atau dipadatkan menjadi tri sila, lalu dipadatkan lagi menjadi dwi sila, hingga ditemukan inti pada eka sila, yaitu gotong royong. (baca lengkapnya di buku Soekarno Camkan pancasila; pancasila dasar falsafah negara, Dep.Penerangan RI .1964 hal.31-32).
Ketika kita mendengar atau membaca kalimat Gotong Royong, maka yang sangat mungkin terbayangkan adalah kerja bhakti bersama, seperti membersihkan saluran air, membersihkan trotoar, dan semacamnya. Inilah makna pada kata Gotong = kerja, Royong = bersama-sama.
Jika kita berhenti pada makna kata ini saja, maka siswa yang saling menyontek saat ujian, itupun masuk kategori gotong royong. Sekelompok orang yang mengambil uang rakyat untuk kepentingan mereka, itupun bisa disebut gotong royong. Makanya kita tidak boleh berhenti pada makna pada kata itu saja, melainkan kita harus masuk kemakna esensi dari Gotong Royong itu.
- Baca juga: Semua Manusia Pahlawan
Dalam tulisan Mpu Tantular yang mengisahkan kehidupan saorang pangeran Astanapura bernama Sutasoma yang menjalani kehidupan yang membosankan di istana, memutuskan meninggalkan istana untuk menemukan jati dirinya dan menjalani dharmanya selain dharma kepangeranan.
Dalam kisah pangeran Sutasoma inilah terlacak istilah bhinneka tunggal ika, yaitu bagian yang menceritakan bagaimana membedakan Shiwa-Budha.
Pangeran Sutasoma Sulit membedakan dan mengenali keduanya, karena keduanya entitas ketuhanan. Tapi dua-duanya ada dan menyatu dalam entitas ketuhanan, itulah yang kemudian disebutnya Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda tetapi satu).
Dalam perkembangan pergerakan perjuangan kemerdekaan, kisah Pangeran Sutasoma ini kelihatannya menginspirasi banyak pejuang kita, bahkan tidak berlebihan rasanya jika penulis mengatakan, bahwa pejuang kemerdekaan kita dulu menganggap kisah pangeran Sutasoma ini sebagai budaya yang adhi luhung dari komunitas yang mendiami kawasan pecahan super benua Pangea ini (Indonesia).
Sehingga dalam komunikasi para pejuang kemerdekaan, kisah ini terus diwariskan hingga ke Ir. Soekarno dan kawan-kawan, yang kemudian merusmuskannya dalam narasi yang kita catat sebagai bagian dasar filosofi ke-Indonesian kita.
Dari Bhinneka Tunggal Ika kemudian terefleksi dikehidupan sosial dan interaksinya yang tidak bisa dilepaskan dari keikutsertaan Tuhan dalam setiap aktifitas komunitas yang mendiami wilayah pecahan Pangea ini.
Dari perspektif sederhana diatas penulis melihat paling tidak ada dua sudut dimensional dari gotong royong, yaitu:
1. Bekerja Bersama
Dalam urusan apapun juga, baik itu rumah tangga maupun kemasyarakatan, dapat dikerjakan dan diselesaikan secara bersama-sama.
Masih masif kita saksikan bagaimana sekelompok orang membersihkan rumah ibadah, taman publik, tempat layanan kesehatan masyarakat, dan berbagai kegiatan lainnya yang dilakukan secara beramai-ramai.
Pada banyak kelompok masyarakat Indonesia masih sering dipublikasikan gotong royong dalam membangun rumah tinggal, membuat pasar, hingga menyukseskan acara pernikahan.
2. Memberdayakan
Gotong Royong dapat terealisasi dalam iklim kesetaraan dan kebersamaan yaitu situasi dimana kita bisa menerima perbedaan dalam kebersamaan. Segala hal yang konotasinya kebaikan menjadi hal yang menjadikan dunia menjadi lebih baik.
Sebagai uraian contoh penulis dapat kemukakan semisal membantu masyarakat pada desa A untuk membangun saluran irigasi.
Usaha kita yang memberikan bantuan itu adalah gotong royong pada perspektif pertama yaitu bekerja bersama. Tapi ketika kita membukakan akses ekonomi, masyarakat desa A tersebut akan punya kemampuan sendiri untuk membangun irigasinya karena mereka memiliki sumber pendanaan yang cukup kuat.
Jika anda menjadi orang pintar dan tidak menjadi beban masyarakat, maka anda telah menjalankan gotong royong itu. Kondisi inilah yang penulis sebut memberdayakan yang termasuk kegiatan gotong royong pada perspektif kedua.
Dalam pembangunan bangsa Indonesia hingga dewasa ini menurut penulis terdapat logika yang perlu diperbaiki, yaitu logika memberi dan menerima.
Pemerintah dalam target kinerjanya menetapkan titik-titik sasaran dari pembangunan baik fisik maupun mental, yang dalam pelaksanaanya termuat logika “memberi masyarakat”, bahkan kalimat memberi masyarakat itu masif diucapkan oleh tidak sedikit pembesar negeri.
Sehingga tidak heran jika logika yang terbentuk kemudian adalah logika membantu dan dibantu. Logika Gotong royong bukan pada logika memberi dan menerima, tapi lebih pada logika “kerja bersama-sama pada kewajiban masing-masing”. Karena Gotong royong tidak bisa disamakan dengan memberikan sedekah.
Akibat dari logika memberi dan menerima adalah lahirnya logika yang kuat akan menindas yang lebih, rasa bangga, bahkan angkuh dari pihak yang membantu, karena kalau bukan saya maka kampung kalian tidak sebagus sekarang.
Pada sisi lain, pihak yang dibantu merasa minder dalam ketidak berdayaannya, memasrahkan keadaanya kepada pemerintah, dan bersikap passif agresif dalam menerima bantuan, bahkan kehilangan inisiatif alternatif selain mengajukan permintaan kepada pemerintah.
Kondisi ini sangat berpengaruh kepada tumbuh kembangnya kreatifitas masyarakat dalam menggagas solusi alternatif dari setiap problem, bahkan problem yang berulang dan rutin sekalipun.
Semisal problem banjir pada setiap musim penghujan. Masyarakat kemudian menjadi kelompok pasrah dan hanya bisa menyalahkan.
Sebagai uraian penutup penulis mengisahkan ulang kritik seorang pemuda kepada Ali Bin Abithalib ketika Ali menjabat sebagai khalifah (Presiden).
Sang pemuda mengkritik Ali sebagai Khalifah yang tidak baik karena dimasa kepemimpinannyalah kejayaan dan pamor Islam menurun akibat perang saudara yang tidak kunjung usai.
Pemuda menyindir Ali dengan mengatakan bahwa jaman Kehalifaan Abu Bakar dan Umar, Islam jaya, tenteran dan makmur, dijaman Khalifah Utsman mulai tidak karuan, dan dijamanmu (Ali) ini makin parah.
Mendapatkan kritikan itu, Khalifah (Presiden) Ali menanggapinya dengan mengatakan “ketika kekhalifaan Abu Bakar dan Umar, yang jadi masyarakatnya itu orang seperti saya dan Utsman. Tapi saat aku jadi khalifah, masyarakatnya itu orang sepertimu”.
Dari cuplikan kecil kisah khalifah Ali bin Abithalib itu, penulis bisa melihat bahwa kesalahan sebuah pengelolaan masyarakat tidak hanya terletak pada pemimpinya, tapi juga ada pada rakyatnya.
Jika rakyatnya baik maka akan melahirkan pemimpin yang baik pula. Mengapa demikian? Bukankah rakyatlah yang memilih mereka?
Pada akhirnya penulis menyimpulkan bahwa Indonesia yang memegang filosofi hidup Bhinneka Tunggal Ika, sudah saatnya kembali pada makna dasar Gotong Royong yaitu bekerja bersama-sama pada kewajiban masing-masing, serta saling memberdayakan.
- Baca artikel menarik lainnya di: Catatan Dr.Surianto
izin bapak taruna madya Aliya Salma Stb. 4545 Prodi Teknik pemasyarakatan B izin memberikan komentar bapak bahwasanya gotong royong merupakan fondasi utama dalam berdirinya suatu bangsa dimana antar masyarakat harus saling bahu membahu untuk mendukung negara semakin maju kedepan, rasa kebersamaan, welas asih antar sesama, tolong menolong antar masyarakat sangatlah diperlukan
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi Bapak, izin memperkenalkan diri Taruna Madya Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Angkatan 56
Nama : Djuwita Deffrilia
Stb : 4595
Prodi : Teknik Pemasyarakatan c
Izin Bapak, izin untuk memberikan komentar terkait postingan diatas. Dilihat dari penuturan wacana diatas gotong royong pada bangsa indonesia merupakan tradisi yang sudah mendarah daging. Budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Bahkan hingga dicantumkan kedalam bagian dari dasar negara Gotong royong yang dalam artian dapat mempererat persatuan dan kesatuan warga disebut sebagai bukti adanya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui kerjasama yang teratur, rasa kebersamaan, persaudaraan dan keakraban antar warga selalu terjaga sedemikian rupa sehingga jauh dari perilaku individualistis. Kegiatan gotong royong dapat dilakukan dimana saja, dan melibatkan seluruh komponen yang ada di masyarakat tak terkecuali dengan nilai ini harapan nya bangsa indonesia tetap bisa menjaga kesatuan dan kerukunan dalam bermasyrakat
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat malam bapak. Izin memperkenalkan diri Taruna Madya Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Angkatan 56
Nama : Ronald Laurensius Pratama Harjo Manibuy
STB : 4625
Prodi : Teknik Pemasyarakatan C
Izin bapak, izin memberikan komentar,
Gotong royong merupakan kegiatan kerja sama antara manusia, saya setuju dengan makna yang tertulis oleh penulis. gotong royong sendiri sudah menjadi budaya di indonesia, yang seperti kita tau kegiatan gotong royong sendiri sudah mulai memudar khususnya di kawasan perkotaan. Dengan adanya artikel ini semoga menjadi bahan pembelajaran bagi banyak orang karena dengan membaca kita lebih bisa menambah pengetahuan.
Siap terimakasih bapak
56 TPC (36) Reynalin Sabami
Izin bapak, izin memberikan komentar pada postingan bapak. Kajian mengenai Makna Dasar Gotong Royong yang bapak tulis sudah cukup jelas untuk menambah wawasan kami dalam memahami makna dasar Gotong Royong, dimana saya dapat menarik kesimpulan bahwa
gotong royong adalah suatu kerja sama yang dapat membuat pekerjaan yang mudah/sulit menjadi ringan dan mempererat tali silaturrahmi. Gotong Royong Adalah suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. Gotong royong adalah sebuah budaya asli Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain. Budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Gotong royong merupakan sebuah konsep yang berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama.
56 TPC (33) RAHMAT BOBY OKTAVIANDI . S
Saya setuju dengan makna kata gotong royong yang ditulis penulis, yang mengartikan gotong royong itu adalah sebuah kegiatan kerja sama antara manusia. Itulah makna gotong royong yang sebenarnya.
56 TPC (05) AZIS IMAM HIDAYAT
Dalam Pancasila, kita dapat menemukan bahwa semangat gotong royong atau kebersamaan menjadi salah satu nilai pokok yaitu dalam nilai kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, serta keadilan sosial.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi Bapak, izin memperkenalkan diri Taruna Madya Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Angkatan 56
Nama : Muhammad Fadlan Nugroho
Stb : 4568
Prodi : Teknik Pemasyarakatan B
Izin Bapak, izin untuk memberikan komentar pada postingan. Menurut saya, gotong royong merupakan sebuah budaya asli Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain. Budaya ini telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Gotong royong yang dalam artian dapat mempererat persatuan dan kesatuan warga disebut sebagai bukti adanya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat. Melalui kerjasama yang teratur, rasa kebersamaan, persaudaraan dan keakraban antar warga selalu terjaga sedemikian rupa sehingga jauh dari perilaku individualistis. Kegiatan gotong royong dapat dilakukan dimana saja, terdapat banyak sekali macam-macam gotong royong seperti kerja bakti, musyawarah, belajar bersama, hingga membantu ketika adanya bencana alam.
Saya setuju dengan makna kata gotong royong yang ditulis penulis,yang mengartikan gotong royong itu adalah sebuah kegiatan kerja sama antara orang-orang,namun itu kerja sama dibidang yang baik atau sejalan dengan ajaran Tuhan.Itulah makna gotong royong yang sebenarnya.Kemudian untuk makna gotong royong adalah memberi dan menerima,menurut saya itu kurang tepat karena jika seperti itu,gotong royong menjadi seperti beban bagi masing-masing pihak,jika yang satu memberi maka yang satunya lagi pasti enggan untuk tidak membalas pemberiannya itu.Itulah sebabnya makna itu saya rasa kurang tepat.
56 TPB (37) Reyhan Dzaky Hutabarat
Dari tulisan ini saya dapat menyimpulkan seberapa besar dampak gotong royong bagi suatu bangsa terutama bangsa indonesia. Para pendahulu seperti Ir. Soekarno saja mengatakan bahwa gotong royong adalah ciri khas bangsa Indonesia sendiri. Berarti dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah kunci bangsa Indonesia bisa bertahan sampai saat ini. Mpu tantular menyimpulkan shiwa dan budha adalah bhinneka tunggal Ika karna keduanya adalah menyatu dalam entitas ketuhanan. Keduanya berbeda tetapi hidup bersama dalam hidup sosial dan berinteraksi. Gotong royong tidak hanya diartikan sebagai membantu berupa biaya dalam suatu kegiatan sosial, tetapi juga persamaan usaha sesuai bidang di setiap lini kehidupan, karna kalau merasa lebih berkorban seseorang akan timbul rasa angkuh dalam dirinya. Kalau diambil dari istilah Gotong royong adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada kerjasama atau kolaborasi antara beberapa orang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan semangat saling membantu dan bekerja sama dalam mengatasi masalah atau mencapai tujuan bersama. Gotong royong memiliki nilai-nilai sosial dan budaya yang penting dalam masyarakat Indonesia, di mana orang-orang berkontribusi secara bersama-sama untuk kepentingan bersama.
Komentar ditutup.