

Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin bisa bertemu dengan Prabowo Subianto sesegera mungkin. Menurutnya, pertemuan itu penting untuk “mendinginkan suasana.”
“Kalau elitnya rukun, baik-baik saja, di bawah akan dingin, sejuk,” kata Presiden Jokowi usai pertemuannya dengan mantan Presiden Bacharudin Jusuf (BJ) Habibie di Istana Merdeka, Jumat (24/5/19).
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa saat ini pihaknya terus melakukan proses politik dengan para elit politik, termasuk bertemu Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan dan politikus Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono beberapa waktu lalu.
“Agar suasana menjadi dingin semuanya setelah delapan bulan kita kampanye yang panas, dan sekarang proses pendinginan, sehingga bisa bertemu,” katanya dikutip dari BBC News.
Sementara itu mantan presiden BJ Habibie menyerukan agar masyarakat Indonesia tidak diadu domba menyusul pemilihan presiden yang dimenangkan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin, tapi tidak diterima oleh penantangnya Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
“Tiap lima tahun kita ada pemilihan presiden, apa kita mengambil risiko menghambat pembangunan, mengambil risiko bahwa kita bisa diadu domba, pecah, gak ada itu.
Meski demikian, menurut Habibie, situasi pasca hasil penetapan KPU atas Pemilu 2019 tidak bisa disamakan dengan situasi saat kerusuhan 1998. “Kalau disamakan waktu ’98, its not true.”
Di hadapan wartawan, Habibie mengatakan bahwa dia mengucapkan selamat kepada Jokowi yang ia sebut sebagai “ujung tombak generasi penerus.”
“Saya datang untuk mengucapkan selamat kepada bapak presiden bahwa rakyat telah menentukan agar karya, yang telah beliau laksanakan bisa berkelanjutkan dan diamanankan untuk generasi selanjutnya, dan beliau adalah ujung tombak dari generasi penerus,” ujarnya dalam keterangan pers bersama Jokowi.
Habibie juga menyerukan apa yang disebutnya buang waktu dan uang untuk memperjuangkan kepentingan seseorang atau satu grup.
“Ngapain kita hilang waktu dan duit dan ada risiko tinggi hanya memperjuangkan kepentingan mungkin seseorang satu grup, no way, (tidak),” kata Habibie tanpa menyebut langsung siapa yang dia acu.
BJ Habibie merupakan presiden ketiga Indonesia yang menjabat setelah Suharto turun pada Mei 1998.
Sementara, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa wakil presiden Jusuf Kalla (JK) telah bertemu dengan Prabowo Subianto pada Kamis (23/5/19) malam.
“(Pertemuan itu) atas inisiatif pak JK dan saya,” katanya di hadapan wartawan, usai bertemu BJ Habibie.
Jokowi mengaku belum mengetahui tentang hasil pertemuan itu, “karena saya belum bertemu dan berkomunikasi dengan JK,” katanya.

JK undang tokoh-tokoh nasional
Walaupun sudah ada seruan baik oleh capres Jokowi maupun kubu Prabowo bahwa mereka siap melakukan rekonsiliasi, tetapi sejauh ini belum ada realisasi kongkritnya.
Sejumlah kalangan dan tokoh, di antaranya adalah BJ Habibie, telah berulangkali meminta agar kedua pihak yang bersaing dalam Pemilu 2019 untuk melakukan rekonsiliasi.
Setelah penghitungan cepat oleh beberapa lembaga survei menempatkan keunggulan Jokowi, Capres petahana Jokowi telah mengirim utusannya untuk menemui Prabowo, namun belum membuahkan hasil. Dan ketika kerusuhan pada 21 dan 22 Mei lalu meledak, tuntutan agar dilakukan terobosan untuk memecahkan kebekuan politik kembali dimunculkan.
Kamis (23/5/19) malam, Wakil Presiden, JK telah memprakarsai upaya lobi dan komunikasi politik dengan mengundang sejumlah politikus dan pimpinan ormas Islam agar pertemuan dua capres itu dapat terealisasi dalam waktu dekat.
Di kediamannya, JK mengundang sejumlah politikus, pimpinan dua ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, hingga Wakil Presiden keenam, Try Sutrisno.
Usai pertemuan, Try Sutrisno mengatakan dia meminta agar persatuan dan kesatuan bangsa terus diteguhkan.
“Bangkitlah kita semua, tak ada kalah dan menang. Karena itu, jangan diperpanjang hal yang tidak bermanfaat,” katanya.
*****