Ini Nih 11 Fakta Penggunaan Garam

Ilustrasi. Pengelolaan garam secara tradisional di Kabupaten Flores Timur, NTT.
DPRD Batam

Barakata.id, Kesehatan –  Garam biasanya tersusun rapi di rak meja makan untuk menambah cita rasa dalam makanan. Garam ada di mana-mana, baik di makanan atau minuman yang sering kali kita santap.

Garam sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Penggunaannya pun tidak terbatas hanya untuk penyedap makanan, bahkan garam pernah dijadikan sebagai salah satu alat tukar menukar, menggantikan fungsi uang yang saat ini kita gunakan.

artikel perempuan

Berikut beberapa fakta mengejutkan tentang garam yang dirangkum dari Mashed.

1. Tanpa garam, kita mungkin mati

Tubuh membutuhkan garam untuk membentuk ion. Ion yang terkandung di dalam sel memiliki energi untuk melakukan fungsi esensial di tubuh, salah satunya mengubah nutrisi menjadi energi.

Ion mudah keluar dari tubuh, bisa berbentuk keringat, atau air urin. Makanya, tubuh seringkali membutuhkan asupan garam tambahan untuk membentuk ion.

Jika kadar natrium di tubuh turun, dapat mengakibatkan kondisi hiponatremia. Kondisi ini menyebabkan kadar natrium dalam darah tidak mencukupi. Akibatnya dapat meningkatkan risiko resisten terhadap insulin, peningkatan risiko kolestrol LDL, hingga risiko kematian akibat gagal jantung.

2. Kebanyakan orang konsumsi garam 18 kali lebih banyak dari seharusnya

Tubuh sebetulnya hanya membutuhkan 186 miligram atau kurang dari sepersepuluh sendok teh garam setiap harinya.

Namun mengonsumsi natrium dalam jumlah kecil hampir sulit, mengingat setiap makanan siap saji, kudapan, bahkan minuman kemasan menggunakan garam yang sulit diukur kadarnya.

Harvard School of Public Health memperkirakan, rata-rata orang Amerika mengonsumsi 3,4 grm garam atau 1,5 sendok teh per hari. Ini 18 kali lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh.

Cara terbaik untuk mengurangi konsumsi natrium adalah dengan mencoba mengolah makanan sendiri, dan mengurangi konsumsi makanan olahan atau minuman kemasan.

3. Garam mungkin saja meningkatkan IQ

Klaim ini belum diuji secara ilmiah. Namun menurut Healthline, hal itu sangat mungkin. Sebab yodium dalam garam tidak hanya menjaga tiroid berfungsi dengan baik. Ia juga menjaga fungsi otak agar sehat dan normal.

Mereka yang berisiko kekurangan yodium adalah wanita hamil. Masih menggunakan sumber yang sama, menurut sebuah penelitian, perempuan hamil yang kekurangan yodium cenderung memiliki anak dengan IQ 10-15 poin lebih rendah dari pada yang seharusnya. Kondisi tersebut dapat dicegah dengan mengonsumsi garam beryodium secara cukup.

4. Jumlah natrium dalam garam meja dan garam laut sebetulnya sama

Ada berbagai jenis garam di dunia. Anda mungkin mengenal garam himalaya, selain butirannya yang lebih besar dibanding garam biasa, warnanya juga sedap dipandang.
Dalam survei American Heart Association 2011, 61 persen dari 1.000 orang yang disurvei mengira bahwa garam laut adalah alternatif untuk mereka yang membutuhkan natrium rendah.

Benar bahwa garam kosher dan beberapa garam laut seperti himalayan salt memang mengandung lebih sedikit natrium berdasarkan volumenya karena serpihannya yang lebih besar. Tapi, garam meja dan kebanyakan garam laut mengandung jumlah natrium yang sama menurut beratnya yaitu 40 persen.

5. Perbedaan garam batu dan garam laut

Ada dua cara yang biasa digunakan untuk mendapatkan garam. Pertama, dengan melakukan penguapan air laut dengan bantuan panas matahari, atau penguapan dengan teknologi modern, tentunya dibantu alat dan peralatan yang canggih.

Produsen garam biasanya menggunakan apa yang disebut ‘panci vakum’. Caranya, air garam direbus di tekanan yang tinggi, kemudian penguapan terjadi dan menghasilkan garam yang mengkristal.

Garam batu, tidak melibatkan air sama sekali. Jika garam laut didapat dari air laut, garam batu justru tumbuh ribuan kaki di bawah bumi.

Penambang mengakses garam melalui poros tambang, melakukan pengeboran, dan menggunakan bahan peledak untuk mendapatkan garam batu. Setelahnya, garam dihancurkan dan disortir.

Banyak orang mengatakan garam batu terlihat berwarna abu-abu karena kotoran di batuan. Dari segi rasa, garam batu cenderung memiliki rasa asin yang lebih pekat.

6. Garam tidak hanya untuk makanan

Anda mungkin berasumsi bahwa penggunaan garam nomor satu adalah untuk produksi makanan. Ternyata asumsi ini keliru.

Ada banyak kegunaan garam, mulai dari menghilangkan es dari trotoar di musim dingin, hingga membuat alkali, membuat lilin, sabun, dan pembersih saluran toilet.

Menurut Informasi Mineral Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), pertanian dan pengolahan makanan hanya bertanggung jawab atas 3 persen dari semua penggunaan garam pada tahun 2018.

Penggunaan garam nomor satu sebetulnya untuk melelehkan es di jalan raya, sekitar 43 persen garam setiap tahunnya digunakan untuk ini.

7. Garam pernah digunakan sebagai mata uang

Garam pernah digunakan sebagai mata uang pada zaman kuno. Di Roma Kuno, tentara sering dibayar dengan garam, atau diberi tunjangan untuk membeli garam.

Kata ‘gaji’ dalam bahasa inggris ‘sallary’ juga berasal dari kata latin untuk garam ‘sal’.

Menurut artikel tahun 1962 di Journal de la Société des Africanistes, orang Etiopia selama satu setengah milenium menggunakan garam sebagai alat tukar.

Dengan menggunakan kapak, garam dipotong menjadi balok-balok besar yang disebut amoledan kemudian dibawa oleh karavan keledai ke seluruh negeri. Jika sebuah balok pecah dalam perjalanan, maka garam itu kehilangan nilainya.

Praktik ini berlanjut hingga abad ke-20 di beberapa daerah terpencil. Bahkan saat ini, Maldon Salt Company menyarankan untuk membawa sebungkus garam ke Etiopia.

8. Menumpahkan garam artinya nasib buruk

Saking berharganya garam di zaman kuno, ada takhayul yang beredar bahwa menumpahkan garam bisa jadi pertanda nasib buruk. Sebabnya, harga garam yang sangat mahal sehingga siapapun yang menyia-nyiakan garam dicap sebagai nasib buruk.

Selain itu, lukisan Leonardo da Vinci ‘Perjamuan Terakhir’ juga ikut menjadi alasan menumpahkan garam dikaitkan dengan nasib buruk.

Dalam lukisan tersebut, terlihat wadah berisi garam yang tumpah di siku Yudas Iscariot. Karena sangat dekat dengan lengannya, orang dapat berasumsi bahwa Yudas secara tidak sengaja menjatuhkan garam itu pada saat makan malam. Alkitab menggambarkan bagaimana Yudas terus mengkhianati Yesus setelah makan malam ini, sehingga menumpahkan garam dikaitkan dengan ketidakjujuran, pengkhianatan, dan nasib buruk.

9. Senapan garam pembunuh lalat

Lalat di meja makan memang menyebalkan. Namun, dengan senapan Bug-A-Salt milik Lorenzo Maggiore masalah itu bisa teratasi. Pistol menggunakan garam meja biasa sebagai amunisi, menyemprotkan butiran garam dengan cepat untuk mengusir lalat dari meja ruang makan. Pada 2018 perusahaan mencapai pendapatan sebesar 27 juta dolar AS karena penemuan ini.

10. New York batasi penggunaan garam

The New York Times melaporkan pada 2010 bahwa walikota New York saat itu Michael Bloomberg meluncurkan National Salt Reduction Initiative (NSRI).

Program ini meminta perusahaan untuk mengurangi kandungan natrium dalam makanan mereka sebesar 25 persen selama lima tahun, secara bertahap menghilangkan garam sehingga perubahan rasa tidak terlalu terasa oleh konsumen.

Pada 2016, Departemen Kesehatan Kota New York melaporkan bahwa program tersebut berhasil mengurangi kadar natrium sekitar 7 persen dalam sampel makanan kemasan terlaris. Keberhasilan tersebut menghasilkan kampanye baru yang bertujuan untuk mendidik masyarakat dengan ikon peringatan natrium.

11. Garam membawa keberuntungan

Menurut Bright Side, menuangkan garam di sudut rumah bisa membawa keberuntungan, kedamaian, dan kemakmuran.

Caranya adalah dengan berdiri di tengah kamar dengan segenggam garam, dan menyebarkannya di sudut ruangan dengan gerakan searah jarum jam. Hal itu dipercaya bisa mengusir energi negatif di rumah anda.

Selain itu, banyak juga agama yang menggunakan garam sebagai simbol untuk pemurnian atau mengusir roh-roh jahat.

Dalam tradisi Buddha, garam digunakan untuk mengusir roh jahat, mereka membuang garam ke atas bahu setelah pemakaman untuk memastikan roh jahat tidak mengikuti.
Agama Shinto juga menggunakan garam untuk memurnikan suatu daerah, itulah sebabnya garam dilemparkan ke tengah ring sebelum pertandingan gulat sumo, tujuannya untuk menghilangkan roh jahat.

*****
Sumber: cnnindonesia.com

Dapatkan update berita pilihan setiap hari bergabung di Grup Telegram "KATA BARAKATA", caranya klik link https://t.me/SAHABATKATA kemudian join.