Beranda Urban Ekonomi

IMF Minta BI Batasi Pembelian Obligasi Langsung di 2022

84
0
Pembelian Obligasi Langsung 2022
Ilustrasi. (F: Freepik)
DPRD Batam

Barakata.id, Ekonomi – Dana Moneter Internasional (IMF) merekomendasikan Bank Indonesia (BI) membatasi pembelian langsung obligasi pemerintah tahun 2022 untuk periode disfungsi pasar. Hal itu karena ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu mulai mengendurkan stimulus ekonomi di masa pandemi.

Dilansir dari channelnewsasia, IMF juga merekomendasikan BI untuk memberikan fleksibilitas yang lebih besar pada nilai tukar rupiah jika ekonomi dihadapkan pada dampak negatif dari pengetatan moneter global.

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

Kepala Misi IMF Indonesia Cheng Hoon Lim dalam konfrensi pers nya mengatakan, tim IMF mendukung komitmen pihak berwenang untuk keluar dari pembiayaan anggaran moneter pada tanggal target akhir 2022.

Baca Juga:

“Selanjutnya merekomendasikan untuk membatasi pembelian pasar primer lebih lanjut di bawah mekanisme pasar tahun ini hanya untuk periode disfungsi pasar yang parah,” kata Cheng Hoon Lim, Rabu (26/1/22).

BI sendiri saat ini telah memangkas suku bunga sebesar 150 basis poin dan menyuntikkan puluhan miliar dolar sejak 2020 untuk membantu Indonesia mengatasi dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.

Beberapa dukungan likuiditas juga telah dilakukan, berupa pembelian obligasi pemerintah melalui lelang dan private placement, untuk membatasi beban bunga utang pemerintah.

BI juga akan menaikkan 300 basis poin rasio persyaratan cadangan untuk bank dari Maret hingga September sebagai langkah pertama menuju pengurangan stimulus moneter.

Menurut Lim, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk menormalkan kebijakan dan langkah penyerapan likuiditas BI akan membantu mengantisipasi pengetatan moneter Federal Reserve AS.

Jika pengetatan itu dilakukan, pihaknya mengantisipasi kebutuhan arus keluar mosal yang signifikan karena transaksi berjalan kuat.

Baca Juga:

“Sehingga kami mengharapkan penyesuaian kebijakan moneter yang teratur untuk BI,” kata Lim.

Lim mengatakan, dalam kasus arus keluar modal, BI harus menjaga ruang kebijakan moneternya dengan membiarkan rupiah menyerap guncangan terlebih dahulu.

IMF memprediksi perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,6 persen pada 2022, dari 5,9 persen dalam laporan Oktober, yang menurut Lim disebabkan oleh penyebaran varian Omicron dan pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat. (asrul)