
Barakata.id, Batam – Masyarakat dihebohkan dengan beredarnya telur ayam infertil yang dijual murah di pasaran. Apa itu telur ayam infertil, berbahayakan jika dikonsumsi manusia?
Kementerian Pertanian (Kementan) sebenarnya melarang pedagang menjual telur jenis ini. Namun kenyataannya, telur infertil ini masih banyak beredar di pasaran.
Larangan menjual telur infertil diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. Dalam Bab III pasal 13 disebutkan, pelaku usaha integrasi, pembibit GPS, pembibit PS, pelaku usaha mandiri dan koperasi dilarang memperjualbelikan telur tertunas dan infertil sebagai telur konsumsi.
Baca Juga :
Pecinta Ayam Geprek Perlu Tahu, Ini Beda Iam Geprek Bensu dan Geprek Bensu
Telur infertil merujuk pada telur yang tak digunakan atau produk yang tak terpakai dari perusahaan breeding untuk pembibitan anakan ayam atau day old chick (DOC) ayam broiler atau ayam pedaging.
Telur infertil adalah produk buangan atau residu dari breeding ayam broiler, atau dari telur-telur yang tidak bisa ditetaskan. Alasannya antara lain suplai anakan ayam atau DOC yang sudah terlalu banyak, sehingga biaya menetaskan telur lebih mahal dari harga jual DOC.
Apa ciri-ciri telur infertil untuk membedakannya dengan telur ayam ras?
Dilansir dari Kompas.com, Minggu (14/6/20), berikut beberapa perbedaan telur infertil dengan telur ayam ras menurut Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar, Rofiyasifun:
Telur ayam infertil
1. Memiliki ciri fisik cangkang telur berwarna pucat atau putih.
2. Cangkang telur lebih tipis
2. Terlihat bintik hitam atau merah saat diteropong menggunakan senter.
3. Dilarang dijual di pasar.
4. Harganya lebih murah, antara Rp7.000 sampai Rp10 ribu per kilogram.
5. Harga murah karena telur ini harus cepat dijual karena cepat busuk.
Telur ayam ras/negeri
1. Memiliki warna agak kecoklatan.
2. Ada juga yang berwarna putih tapi biasanya berasal dari ayam yang sakit, dan jumlahnya sangat sedikit.
3. Harganya secara umum di atas Rp20 ribu per kilogram
Baca Juga :
Polda Kepri Tangkap Sindikat Penjual Telur Penyu Ilegal
“Dari sisi kualitas, telur infertil ini juga kurang. Telur ini seharusnya dimusnahkan atau untuk CSR perusahaan,” kata Rofiyasifun.
“Untuk ukuran, kedua jenis telur ini hampir sama, rasanya pun ketika sudah dimasak hampir tak ada beda,” sambung dia.
Ia mengatakan, berbeda dengan telur ayam negeri, telur infertil lebih cepat membusuk, biasanya setelah lewat satu minggu. Ini karena telur itu berasal dari ayam yang telah dibuahi pejantan.
Selain itu, telur infertil biasanya sudah beberapa hari tersimpan di tempat penyimpanan maupun mesin tetas perusahaan. Faktor inilah yang membuat telur HE harganya jauh lebih murah dibandingkan telur ayam ras yang bisa dijual pedagang di pasar.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita menjelaskan, telur infertil hanya boleh ditetaskan untuk menjadi DOC atau anak ayam, bukan untuk dijual di pasar.
“Terkait pengawasan, kami sebenarnya fokus mengawasi telur yang dikonsumsi dan dihasilkan oleh peternak layer. Karena telur HE itu output-nya kan DOC,” imbuh dia.
Baca Juga :
Ruben Onsu Kehilangan Merek Dagang Ayam Geprek Bensu
Menurut dia, beredarnya telur infertil di pasaran bisa jadi karena ulah oknum perusahaan breeding. Pihaknya, tak segan untuk menindak perusahaan yang melanggar aturan peredaran telur jenis ini.
Apakah berbahaya jika dikonsumsi?
Menurut Humas Ditjen PKH Aryani Gumelar, telur infertil biasa disebut juga telur HE (hatched egg) seharusnya tidak dijual sebagai telur konsumsi.
“Sangat rentan menjadi tempat tumbuh jamur dan bakteri sehingga menyebabkan telur cepat membusuk,” ujar Aryani seperti dilansir dari Okezone, Minggu (14/6/20).
Aryani menjelaskan, telur infertil bisa saja dikonsumsi karena dari kandungan gizi sama dengan telur ayam fertile. Kedua kategori telur tersebut sama-sama bisa dan aman untuk dikonsumsi, namun ada syaratnya.
Telur infertil bisa dikonsumsi asal belum busuk. Sebab daya simpan telur fertil atau yang disebut telur HE (hatching egg) lebih pendek sehingga lebih cepat membusuk atau hanya bertahan 7 hari.
“Sedangkan telur ayam ras yang biasa dikonsumsi masyarakat serta dihasilkan peternak layer bisa bertahan selama 30 hari di suhu ruangan,” kata dia.
*****