Beranda Urban Nusantara

Haul Gus Dur Ke-11, Alissa Wahid: Tak Sendirian Merawat Perjuangan Gus Dur

423
0
Haul Gus Dur ke-11
Haul Gus Dur ke-11. F: beritabaru
DPRD Batam

Barakata.id, Mataram – Putri sulung Presiden Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa Qotrunnada Wahid menyampaikan pelaksaan Haul Gus Dur oleh Mileninal Bintang 9 NTB membuat dirinya merasa tidak sendiri, kesepian dalam upaya terus merawat apa yang diperjuangkan Gus Dur bagi Indonesia.

Alissa ingat betul dengan ucapan Gus Dur dikala itu. “Tidak ada satu jabatanpun yang layak dipertahankan dengan pertumpahan darah rakyat,” ucap Alissa mengenang kata-kata Gus Dur ketika itu, dalam acara memperingati Haul Gus Dur ke-11 berlangsung di Aula NU Mataram, diselenggarakan Milenial Bintang Sembilan Nahdatul Ulama (NU) Nusa Tenggara Barat, Rabu (30/12/2020).

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

Baca juga:

Dikatakan Alissa, 11 tahun lau sejak Gus Dur pulang, sampai hari ini keluarga  terus berupaya merawat perjuangan Gus Dur sebab mereka tau cita-cita Gus Dur belum terwujud sampai saat ini yaitu rakyat makmur sentosa dalam keadilan dan keadaban.

“Kami apresaisi gusdurian Lombok yang telah menyelanggarakan acara ini (Haul). Haul Gus Dur seperti malam ini bukan untuk memuja muji beliau tetapi mengambil inspirasi dari apa yang telah beliau ajarkan. Beliau bukan untuk dipuja puji malah beliau lebih senang untuk ditertawakan, dicandai,” ujarnya.

Salah satu yang bisa diteladani yaitu bagaiaman belajar dari pribadi karakter Gus Dur. Gus Dur menjadi seseorang yang selalu berada dengan rakyat tertindas, tidak silau oleh kedudukan dan  hal-hal lain yang sifatnya duniawi.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dalam testimoninya  mengingat bagaimana Gus Dur membangun Forum Demokrasi bersama sejumlah elemen anak bangsa.

Forum Demokrasi ini tidak saja dari entitas NU, tapi banyak lagi di luar itu. Forum ini menyuarakan bagaimana sejatinya sebuah kehidupan di alam demokrasi.

Demokrasi waktu itu, lanjut Gus Imin panggilan populer Muhaimin Iskandar, masih awam di telinga khalayak Indonesia. Sangat sedikit elemen bangsa yang berani menyuarakan. Mengingat kala itu Indonesia di bawah kekangan otoritarianisme Orde Baru Soeharto.

Dalam perjalanannya, Forum Demokrasi yang digawangi Gus Dur ini rupanya mampu menginjeksi keberanian terhadap pers, tokoh agama dan elemen yang lain.

Haul Gus Dur ke-9
Haul Gus Dur ke-9. F: kompassiana

Pers misalnya, secara terbuka menyuarakan pentingnya hidup dalam negara demokrasi, bukan otoritarianisme. Pers secara terang-terangan memuat ragam pikiran tentang demokrasi yang berujung kemarahan perintah yang berkuasa.

Baca juga:

Dijelaskannya ada tiga media masa yang dibredel akibat menyuarakan demokrasi kala itu yakni Tempo, Editor dan Detik.

Pikiran Guru Bangsa saat itu, merupakan pikiran maju dan berani. Saat sebagian besar anak bangsa dibelenggu ketakutan, Gus Dur justru tampil sebagai peletak pondasi berdemokrasi yang belakangan memantik lahirnya Reformasi 98.

Cak Imin mengatakan momentum Haul Gus Dur bukan semata soal seremoni sebagai sesama warga Nahdliyyin (NU). Lebih dari itu, haul Gus Dur merupakan medan meneladani nilai, semangat, ajaran serta keteladanan yang telah dicetuskan sosok itu.

Karena itu, anak Cak Imin berpesan, sesama anak bangsa masih ada pekerjaan rumah yang belum tergapai dari cita-cita dan pikiran Gus Dur. Cita-cita itu adalah semangat demokrasi yang dihembuskan dalam Forum Demokrasi tersebut.

“Beberapa semangat demokrasi yang paling terasa adalah hidup di alam kebebasan. Tapi yang menjadi PR paling besar adalah soal kesejahteraan ekonomi rakyat,” ucapnya.

Ke depan, Millenial Bintang 9 NTB sebagai penyelenggara haul setidaknya bisa bergerak ke arah itu. Para millenial diharap mampu memberikan jawaban atas semua masalah bangsa.

Sementara Ketua Tanfiziah PWNU NTB Prof Dr Masnun Tahir meminta kader Muda NU membaca dan meneladani pemikiran Gus Dur. Pemikiran Gus Dur melampaui zamannya. Dari semua aspek pemikiran Gus Dur bisa digali.

Gus Dur disebut Masnun, kamus berjalan, poster terbuka, manusia unik, soliter dan kosmopolitan. Keseluruhan pemikiran Gus Dur itu mengeluarkan manusia dari kezaliman, kejahilan, dari tak beradab menuju keberadaban.

”Milenial Muda NU harus bisa membaca, meneruskan, meneladani pemikiran Gus Dur,” ungkap Masnun dalam testimoni yang disampaikan di Haul Gus Dur tersebut.

Baca juga:

Masnun sangat mengapresiasi kegiatan kegiatan yang dilakukan Milenial Muda NU kegiatan literatif, pemberdayaan, solutif di tengah keapatisan publik terhadap pemikiran paradgimatif Gus Dur itu sendiri.

Founder Millenial Bintang 9, Akhdiansyah mengatakan, haul Gus Dur harus dimaknai dengan beragam perspektif. Salah satunya adalah memperkaya ruang kreativitas anak muda NU.

”Salah satu wadah ruang kreativitas itu adalah Millenial Bintang 9 ini,” ucapnya.

Di wadah non struktural itu semua elemen yang tergabung bebas mengaktualisasikan diri dengan cara paling kreatif yang mereka miliki.

Aktualisasi yang dimaksud masih dengan catatan, kreasi yang dimunculkan bernilai positif dan bermanfaat untuk orang banyak.

Apa yang dilontarkan pria yang akrab disebut Guru To’i ini tidak lepas dari rangkaian kegiatan haul tersebut. Sebelum puncak haul dilaksanakan, Millenial Bintang 9 NTB menggelar sejumlah lomba.

“Lomba tersebut terkait dengan keteladanan yang diwariskan Gus Dur,” ucapnya.

Testimoni tokoh juga disampaikan Rais Syuriah PWNU NTB, TGH Turmuzi Badaruddin (Datok Bagu). Datok Bagu menyebutkan Gus Dur Wali ke Sepuluh setelah Walisongo. Wafatnya Gus Dur memberi makna kepada masyarakat beliau hanya pindah dari negeri fana ke negeri baqa (kekal).

Kewalian Gus Dur diceritakan Datok Bagu dimana pada hari pemakaman, dirinya beserta rombongan enam orang tiba di Surabaya dari Lombok, Jenazah Gus Dur datang dari Jakarta. Begitu turun dari bandara, Gus Dur berangkat dari jalan utara Datok Bagu lewat Barat. Gusdur telah sampai di tempat pemakaman Datok Bagu masih di luar sekitar tiga kilo dari tempat pemakaman.

Baca juga:

“Sekalipun demikin saya berharap akan dapat hadir ke pemakanan,” cerita Datok.

Suasana jalan macet total. Secara kasat mata tidak mungkin bisa hadir di pemakannya Gus Dur hari itu namun Datok Bagu mengajak rombongan bertawassul (berdoa) agar dimudahkan. Dalam doanya jika benar Gus Dur Waliullah mereka berdoa agar diberikan kemudahan supaya bisa hadir dipemakannya itu.

“Setalah selesaai membaca fatiha datang dua orang polisi PM (Polisi Militer) di depan saya, dia buatkan jalan (menuntun) terus cepat sampai di pintu gerbang Pondok Pesantren Tebu Ireng (Jombang). Begitu (kami) masuk dua orang PM tadi tidak saya lihat, alhmadulillah dapat solat jenazah di halaman pemakanan Gus Dur,” ceritaya.

“Saya nyatakan beliau Wali Min Aulia Illah,” ucapnya.

Untuk Diketahui enam Nominasi terbaik Vlog Gus Dur yang dilombakan pada Haul Gus Dur oleh Milenila Bintang 9 NU NTB itu yaitu Mustafa Bisiri, Den Waffar, Roni Anwari. Sementara Juara Harapan, Riani Sanjaya dan Sahruel Ihsan.

Haul Gus Dur dengan mengambil tema Milenial Rindu Gusdur dihadiri puluhan kader Milenial NU NTB. Pantauan media siberindo.co, selama acara berlangsung panitia terus menjaga suasa Protokol Covied -19. Peserta dibagikan masker, jarak duduk juga diatur hingga peserta menyemprotkan Hand Sanitizer. Doa dan zikir dipimpin oleh TGH Faesal Saimun didampingi Wakil ketua PWNU NTB, Dr Jumarim, Inisiator Milenial Bintang Sembilan Akhdiansyah dan Wakil Rekor III UNU NTB, Irfan Suryadiata.

*****

Editor: Ali Mhd