

Barakata.id, Jakarta – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) belakangan didera tuduhan sebagai pengusung ideologi komunis. Label sebagai komunis ini menguat seiring dengan polemik Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU-HIP).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto pun menegaskan bahwa partainya menolak berbagai upaya, baik dari ekstrem kiri maupun ekstrem kanan yang mencoba mengganti Pancasila. Menurutnya, tuduhan yang dilontarkan kepada partainya sebagai pengusung ideologi komunis perlu diluruskan.
“Masa karena kepentingan politik, kami disebut komunis? Ini perlu kami luruskan,” ujar Hasto saat menghadiri ulang tahun Partai Bulan Bintang di Jakarta Selatan, Sabtu (18/7/20) seperti dikutip dari keterangan tertulis.
Baca Juga :
Adian Napitupulu Kena Serangan Jantung, PDIP Kirim Pesawat Khusus Bawa ke Jakarta
Pada kesempatan itu, Hasto mengajak seluruh anak bangsa mengembangkan tradisi intelektual, khususnya menyangkut Pancasila dan Islam di Indonesia. Ia mengatakan tradisi intelektual ini penting agar semua pihak tak mudah dibentur-benturkan.
Menurut Hasto, tradisi intelektual juga penting karena belakangan banyak pihak bertindak atas nama kepentingan politik tanpa mendalami dulu apa yang terjadi. Khususnya, kata dia, ialah yang membenturkan Pancasila, Islam, dan menyangkut proklamator sekaligus Presiden pertama Soekarno.
Padahal, kata Hasto, Soekarno menyatakan bahwa Pancasila adalah bintang penunjuk arah atau lead star arah bangsa ke depan. Atas kepeloporan Pancasila itu juga, Indonesia di era Bung Karno melaksanakan Konferensi Asia Afrika pada 1955.
Hasto Kristiyanto mengatakan, meski dalam kesehariannya menampilkan jati diri kebangsaan, Bung Karno adalah Islam sejati yang selalu menunaikan salat lima waktu. Bahkan, lanjutnya, Bung Karno meminta Uni Soviet mencari serta memugar makam Imam Bukhari sebagai syarat kehadirannya ke negeri komunis tersebut.
“Karena itulah dukungan terhadap Pancasila sebagaimana sering disuarakan akhir-akhir ini, termasuk oleh mereka yang sebelumnya memiliki pandangan ideologi berbeda, merupakan dialektika kemajuan yang semakin menunjukkan kebenaran terhadap Pancasila sebagai ideologi negara,” ujar Hasto.
Baca Juga :
Dinilai Lembek Soal Natuna, PA 212 Minta Jokowi Pecat Prabowo “yang Lebih TNI dari TNI”
Dengan ideologi yang menjadi pemersatu tersebut, kata Hasto, maka jelas bahwa Pancasila terbukti efektif menjadi dasar dan tujuan kehidupan berbangsa.
“Melalui Pancasila pula kita tegaskan bahwa Indonesia bukan negara sekuler, bukan negara komunis, bukan negara teokrasi, bukan liberal, dan bukan fasisme,” ujarnya.
Untuk diketahui, bendera PDIP dibakar bersamaan dengan bendera berlogo arit dalam demonstrasi penolakan RUU-HIP di depan Kompleks MPR/DPR pada 24 Juni lalu. Aksi tersebut digelar oleh sejumlah Ormas Islam yang menamakan diri Aliansi Nasional Anti-Komunis (Anak NKRI).
Ormas Islam yang ikut aksi ini antara lain Front Pembela Islam (FPI), Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), dan sejumlah ormas Islam lain.
Ketua Media Center Persaudaraan Alumni 212, Novel Bamukmin menyebut, insiden itu terjadi didasari kemarahan demonstran terhadap PDIP yang diduga menginisiasi RUU-HIP.
*****
Sumber : Tempo.co