Barakata.id, Batam – George Floyd (46), seorang pria kulit hitam tak bersenjata meninggal dunia setelah ia ditahan dan lehernya ditindih dengan lutut oleh polisi di Minnesota, Amerika Serikat. Kematian George Floyd memicu gelombang protes keras terkait kebrutalan kepolisian terhadap anggota kelompok minoritas di negeri Paman Sam.
George Floyd, bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah restoran di Minneapolis. Pada Senin malam, 25 Mei 2020, ia didekati oleh beberapa petugas polisi yang menanggapi panggilan telepon, yang melaporkan adanya penipuan.
Lalu beredar video berdurasi 10 menit berisi George Floyd mengerang dan berulang kali mengatakan “Saya tak bisa bernapas” kepada seorang polisi kulit putih yang menekan lehernya ke tanah dengan menggunakan lutut.
Sekalipun Floyd berulang kali mengatakan itu, si polisi tak menghentikan tekanannya sampai akhirnya Floyd dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia di sana.
Kematian Floyd ini menyoroti statistik yang mengerikan terkait pembunuhan oleh polisi di Amerika. Menurut data yang diolah oleh koran Washington Post, 1.014 orang ditembak mati oleh petugas kepolisian di Amerika pada tahun 2019.
Dan menurut beberapa penelitian, orang kulit hitam merupakan korban terbesarnya. Kajian dari organisasi nonpemerintah bernama Mapping Police Violence menyatakan bahwa orang kulit hitam berpeluang tiga kali lipat lebih besar untuk terbunuh oleh polisi daripada orang kulit putih.
Kebrutalan polisi ini menimbulkan reaksi antara lain berupa gerakan #BlackLivesMatter. Gerakan itu pun mendapat dukungan banyak pihak dan peshor di negara itu, termasuk dukungan terbuka dari penyanyi Beyonce dan bintang olahraga basket Lebron James.
Baca Juga :
Cina Sebut AS Teroris Ekonomi, Trump Belum Siap Akhiri Perang Dagang
Kebrutalan terhadap George Floyd bukan yang pertama terjadi di negara adidaya tersebut. Dilansir dari BBC Indonesia, Rabu (3/6/20), berikut 10 kematian warga kulit hitam lain yang pernah memicu protes berkepanjangan terkait rasisme di Amerika Serikat :
1. Trayvon Martin, 26 Februari 2012
Trayvon Martin, pelajar kulit hitam berusia 17 tahun ditembak mati oleh George Zimmerman di Sanford, Florida.
Martin sedang mengunjungi saudaranya di sebuah perumahan yang memiliki pintu gerbangnya sendiri. Ia dikonfrontir dan ditembak mati oleh George Zimmerman, seorang Hispanik sukarelawan ronda lingkungan.
Tahun 2013, juri menyatakan Zimmerman tidak bersalah. Hukum Amerika memperbolehkannya mengatakan ia menembak Trayvon karena membela diri.
Namun keluarga dan teman-teman Trayvon berkeras menyatakan bahwa itu adalah pembunuhan yang disengaja. Pembunuhan ini penting perannya dalam memicu gerakan Black Lives Matter.
2. Eric Garner, 17 Juli 2014
Eric Garner mati karena tak bisa bernapas di New York sesudah ia ditahan atas dugaan menjual rokok ketengan secara ilegal.
Dalam video yang beredar, terlihat Garner berkali-kali berteriak, “Saya tak bisa bernapas” sementara polisi kulit putih Daniel Pantaleo, tampak memiting leher Garner ketika mereka bergumul di tanah.
Juri menolak untuk menjatuhkan tuduhan perbuatan kriminal terhadal Pantaleo, yang lalu memicu protes di berbagai kota di Amerika. Pantaleo dipecat oleh Departemen Kepolisian New York lima tahun sesudah kejadian itu.
3. Michael Brown, 9 Agustus 2014
Gerakan Black Lives Matter mendapatkan momentum lebih besar dan makin mencolok secara internasional sesudah remaja kulit hitam berusia 18 tahun bernama Michael Brown ditembak mati sesudah pertengkaran dengan polisi kulit putih Darren Wilson.
Peristiwanya terjadi di Ferguson, Missouri, dan memicu protes dengan kekerasan yang berakhir dengan kematian satu orang, beberapa terluka dan ratusan penangkapan.
Protes lebih jauh terjadi bulan November tahun itu sesudah juri memutuskan tidak mendakwa Wilson, yang berhenti dari kepolisian.
4. Walter Scott, 4 April 2015
Walter Scott, seorang pria kulit hitam berumur 50, ditembak tiga kali di punggung selagi lari dari petugas polisi Michael Slagger di North Charleston, South Carolina.
Polisi menyetop mobil Scott karena lampu remnya tidak berfungsi. Saat itu, ada surat penahanan untuk Scott karena keterlambatan pembayaran uang tunjangan untuk anaknya.
Slagger dihukum 20 tahun penjara tahun 2017, sementara keluarga Scott memenangkan uang penyelesaian perkara sebesar US$6,5 juta dari pihak berwenang North Charleston.
5. Freddie Gray, 12 April 2015