
Barakata.id, Kesehatan – Hanya kurang dari dua bulan kemuculannya, penyebaran Omicron ini menjangkau seluruh negara di dunia. Juru Bicara satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan varian Omicron lebih mendominasi dibandingkan varian sebelumnya yaitu Alpha, Beta dan Delta.
Dalam kanal YouTube Sekretariat Presiden pada Selasa, (25/1/22) lalu Wiku memaparkan sejumlah fakta ilmiah terkait varian Omicron yang sudah dipublikasikan oleh para ahli.
Beberapa fakta ilmiah itu di antaranya:
Baca Juga:
- Ancang-Ancang Hadang Varian Omicron, Jangan Sampai Ekonomi Mundur Lagi
- Waspada, Jokowi: Pandemi Belum Berakhir
Pertama, World Health Oraganization (WHO) merangkum, Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibandingkan varian Delta. Hal itu karena Omicron lebih mudah menular.
Varian Omicron punya tingkat mutasi yang tinggi sehingga mempengaruhi kemampuannya dalam menginfeksi tubuh.
Kedua, masa inkubasi sejak pertama tertular virus cenderung lebih cepat dari varian yang lain.
Ketiga, studi terbatas di Norwegia serta rilis technical briefing dari Inggris menyebutkan gejala pada varian Omicron lebih spesifik namun lebih ringan. Terutama pada kelompok yang sudah memiliki kekebalan.
Keempat, beberapa hasil studi terbaru termasuk publikasi Lewnard, J. A., dkk., 2022, serta studi di Denmark, Afrika Selatan, Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat menyebutkan angka rawat inap di rumah sakit lebih rendah dibandingkan varian Delta.
Kelima, varian Omicron dapat menular pada orang yang pernah terinfeksi sebelumnya. Karena diprediksi dapat menghindari kekebalan yang telah terbentuk akibat varian lainnya. WHO dalam rilisnya menyebutkan fenomena ini telah teramati dari hasil studi di Afrika Selatan, Denmark, Israel, dan Inggris.
Baca Juga:
- Waspada, Virus Corona Varian Baru B117 Sudah Masuk Kepri
- Penyebaran Omicron Makin Masif, Indonesia Tutup Jalur Internasional
Keenam, sejauh ini varian Omicron masih terdeteksi dengan alat diagnostik RT-PCR maupun alat diagnostik cepat rapid antigen. Meskipun demikian, hingga saat ini sensitivitas rapid antigen masih terus ditelaah, seperti hasil studi terbatas.
Ketujuh, berbagai studi yang dirangkum oleh WHO menyebutkan bahwa Covid-19 akan lebih efektif dicegah dengan vaksinasi booster. Selain itu, imunitas seluler (non antibodi) masih memproteksi kuat terhadap varian Omicron hingga 70-80 persen. Imunitas seluler terbentuk baik pada orang yang pernah tertular maupun yang sudah divaksin.
Kedelapan, WHO menyebutkan tidak ada dampak signifikan pada efektivitas pengobatan yang sudah dipakai untuk menangani kasus ovid-19 saat ini. Obat yang dipakai untuk varian sebelumnya masih efektif digunakan untuk Omicron. (asrul)