
Barakata.id, Kesehatan – Indonesia ternyata masih menjadi penyumbang kasus kusta nomor tiga di dunia setelah India dan Brazil. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, di tahun 2021 ada 7.146 penderita kusta baru, dengan proporsi anak sebesar 11 persen.
Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono saat membuka rangkaian peringatan Hari Kusta Sedunia di RSUP Sitanala Tangerang, Senin (31/1/22) lalu.
Dante mengatakan, di Indonesia masih ada 6 provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Prevalensi kusta di keenam provinsi tersebut masih di atas 1/10.000 penduduk.
Baca Juga:
- Bagaimana Cacar Monyet Menular ke Manusia?
- Hari Jantung Sedunia, Perempuan Muda Lebih Berisiko Terserang Penyakit Jantung
”Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, kompleks, dan memerlukan perhatian semua pihak,” ujarnya, dikutip dari kemkes.go.id.
Keenam provinsi tersebut yakni Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Sementara di tingkat kabupaten/kota, total masih ada 101 kabupaten/kota yang belum eliminasi kusta.
Dante mengatakan, Kementerian Kesehatan punya target untuk eliminasi kusta di tahun 2024 mendatang. Sayangnya upaya membersihkan kusta di Tanah Air ini dihadapkan dengan berbagai tantangan. Salah satunya masih adanya diskriminasi dan stigma terhadap keluarga dan penderita kusta.
Stigma inilah yang membuat pasien kusta tak dapat mengenyam pendidikan yang memadai, juga sulit mendapat pekerjaan, dikucilkan lingkungan, ditolak di fasilitas umum.Hal ini membuat penderita kusta pun semakin sulit dideteksi dan diobati.
Padahal deteksi dini dan pengobatan yang segera sangat penting bagi penderita kusta.
“Kecacatan akan terjadi jika gejala atau manifestasi kusta tidak diobati segera. Akibat lainnya, timbul permasalahan ekonomi dan stigmatisasi pada penderita serta keluarganya,” kata Dante.
Senada dengan hal itu, Sri Linuwih Menaldi dari Persatuan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia mengatakan stigma dan diskriminasi ini bahkan seringkali terus berlanjut bahkan ketika penyakit kusta itu sudah sembuh.
Untuk itulah, orang yang pernah mengalami kusta dan memiliki disabilitas baik mata, tangan atau kaki harus diberdayakan. Sehingga kualitas hidupnya jadi lebih baik.
”Pasien kusta tidak hanya fisiknya yang sakit, mentalnya juga sakit, jadi mereka perlu diberdayakan untuk mengikis stigmanya, kita pasti bisa,” katanya.
Baca Juga:
Upaya ini membutuhkan dukungan dari seluruh stakeholder dan seluruh lapisan masyarakat. Penderita kusta juga harus mendapat dukungan dari keluarga maupun lingkungan sosialnya. Sehingga kepercayaan dirinya meningkat dan mereka bisa kembali aktif dan produktif.
Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman kusta (mycrobacterium leprae). Gejalanya berupa bercak putih dan merah. Namun tak ada rasa sakit dan gatal. Hal ini menyebabkan penderita kusta tak menyadarinya. Padahal kusta ini berpotensi menimbulkan kecacatan jika tak segera diobati.
Hari Kusta Sedunia diperingati pada hari Minggu terkahir bulan Januari setiap tahunnya. Di tahun 2022, Hari Kusta Sedunia jatuh pada 30 Januari 2022. (asrul)