Beranda Urban Nusantara

Dexamethasone Bukan Penangkal Covid-19

295
0
Dexamethasone merupakan obat keras untuk mengobati Covid-19 dengan kasus berat. Obat ini bukanlah penangkal Covid-19. (F : Health.com)
DPRD Batam

Barakta.id – Obat Dexamethasone bukanlah penangkal Covid-19. Obat ini hanyalah kombinasi obat-obatan. Beberapa waktu lalu Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rilis yang merekomendasikan penggunaan obat Dexamethasone untuk penanganan Covid-10.

“Obat ini tidak memiliki khasiat pencegahan. Ini bukan penangkal Covid-19, ini bukan vaksin,” ujar Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Dokter Reisa Broto Asmoro dalam keterangan resmi di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Jumat (19/6).

Menurut dia, Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid. Dexamethasone bekerja dengan cara mengurangi peradangan dan menurunkan sistem kekebalan tubuh, sama seperti steroid yang dihasilkan oleh tubuh secara alami.

Dexamethasone yang telah digunakan untuk jangka panjang, tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Hanya dokter yang bisa mengatur atau menurunkan dosisnya secara bertahap, sebelum menghentikan pemakaian obat ini.

Baca Juga :
Ikuti Kebiasaan Baru di Pasar Agar Terhindar dari Covid-19

“Penggunaan untuk jangka panjang juga ada efek sampingnya,” jelas Dokter Reisa.

Dexamethasone harganya memang terjangkau. Namun tak boleh dikonsumsi atau dibeli dengan bebas. Penggunaan Dexamethasoe wajib melalui konsultasi dengan dokter. Tujuannya agar tak menimbulkan efek samping.

“Terutama, bila memiliki alergi pada makanan, obat, maupun bahan lain yang terkandung didalamnya,” jelas Dokter Reisa.

Selain harus dalam pengawasan ahli, penggunaan Dexamethasone juga harus dilakukan di sarana dengan fasilitas memadai. Sehingga siap untuk menangani jika terjadi efek samping. Penggunaan obat ini pun tak boleh diberikan kepada siapa saja. Melainkan harus melihat faktor usia.

“Karena dosis dan lama penggunaan Dexamethasone diberikan berdasarkan usia, kondisi, dan reaksi pasien tersebut terhadap obat,” jelasnya.

Baca Juga:
Mandi Ketika Sampai Rumah, Cegah Penyebaran Covid-19

Sejalan dengan rekomendasi yang diberika WHO, obat ini khusus untuk kasus berat. Diajurkan untuk pasien dengan sakit kritis, membutuhkan ventilator dan bantuan pernapasan.

“Obat ini dianjurkan karena akan mengurangi jumlah kematian sebesar 20 sampai 30 persen dari kasus-kasus tersebut,” kata Dokter Reisa.

Oleh karena itu obat ini bukanlah terapi untuk kasus-kasus Covid-19 yang ringan. Bukan hanya itu, obat ini juga malah tak akan berdampak untuk yang sakit ringan atau tanpa gejala.

Dokter Reisa menyebutkan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) akan memantau peredaran Dexamethasone.

“Meski kita telah mendengar beberapa berita baik kemajuan dunia kesehatan, baik dalam negeri, maupun dari luar negeri di internasional, WHO sampai saat ini belum menentukan obat atau regimen data kombinasi pengobatan yang tetap untuk perawatan pasien Covid-19,” kata Reisa.

Untuk itu, masyarakat tetap dianjurkan untuk selalu mengikuti petunjuk dari dokter. Tak boleh mengobati diri sendiri, hindari penggunaan antibiotik dengan tepat. Karena jika sembarangan mengonsumsi antibiotik maka akan menyebabkan resistensi terhadap jenis antibiotik tersebut.

****

Sumber : Covid-19.go.id