DBD Ancam Kepri, 80 Warga Sudah Terserang

90
DBD Kepri
Foto Ilustrasi. Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat diingatkan untuk mewaspadai juga penyakit DBD.
DPRD Batam

Barakata.id, Tanjungpinang – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat di Kepulauan Riau (Kepri). Pada periode Januari 2020, sudah 80 orang yang terserang penyakit mematikan tersebut.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kepri, jumlah kasus penyakit DBD yang sedang ditangani ada 80 kasus, yang tersebar di semua daerah. Penderita DBD terbanyak ada di Kota Batam dan Kota Tanjungpinang.

artikel perempuan

“Dari awal Januari 2020 sampai sekarang, jumlah kasus pasien penderita DBD di Provinsi Kepri telahn mencapai 80 kasus,” kata Kepala Dinkes Kepri, Tjetjep Yudayana di Tanjungpinang, akhir pekan lalu.

Baca Juga :
Cegah Virus Corona, Dinkes Batam Cek Suhu Pendatang

Menurut Tjetjep, jumlah penderita tersebut termasuk sangat besar. Meski demikian, ia memastikan bahwa seluruh pasien saat ini sudah mendapatkan pengobatan yang baik dan berangsur pulih.

Ia pun mengingatkan dan mengimbau kepada seluruh masyarakat Kepri untuk dapat terus melakukan gaya hidup sehat dan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.

“Apalagi mengingat peralihan cuaca yang terjadi saat ini sehingga rentan menjadi waktu perkembanganbiakan nyamuk Aedes Aegypti penyebab DBD,” kata dia.

Lebih takut DBD daripada Virus Corona

Kadinkes Kepri
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana

Tjetjep bahkan mengaku dirinya lebih takut ancaman penyakit DBD dibanding virus Corona yang saat ini tengah menghebohkan dunia. Pasalnya, menurut dia, penyakit DBD ada di depan mata, dibanding Corona yang belum menyebar ke Kepri bahkan Indonesia.

“Saya lebih takut DBD dibanding Corona, karena DBD ada di depan mata kita,” kata dia.

Catatan Dinkes Kepri, kasus DBD di Kepri terus meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, ia mengajak seluruh pemerintahan dan instansi terkait di Kepri memberi perhatian khusus terhadap ancaman DBD ini.

Jika tahun ini, hingga Januari 2020 ada 80 kasus, maka pada periode 2019 lalu penderita DBD di Kepri mencapai 800 kasus, dan 80 di antaranya menyebabkan pasien meninggal dunia. Menurut Tjejep, jumlah tersebut cukup mengerikan.

Jumlah kasus penderita DBD ia tahun 2019 pun naik tinggi dibanding kasus tahun 2018 yang mencapai 500 kasus DBD.

Baca Juga :
800 Orang di Kepri Terserang Gagal Ginjal

Tjejep mengatakan, tingginya kasus DBD di Kepri dikarenakan masih banyak masyarakat yang lalai melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan tempat tinggal masing-masing. Padahal sarang nyamuk itu ada di bak mandi, tempat penampungan air, dispenser, pendingin, kaleng, ban bekas, serta sampah plastik yang ada di halaman depan rumah.

Ia mengajak masyarakat agar sarang-sarang nyamuk tersebut diberantas rutin sepekan sekali. Pasalnya, siklus pertumbuhan dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa itu memerlukan waktu sekitar tujuh hari.

Langkah utama membasmi jentik nyamuk di pemukiman, kata Tjejep adalah dengan melakukan tindakan 3M yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur.

Dinkes Kepri, turut aktif melakukan upaya sosialisasi dan fogging guna meminimalisir persebaran nyamuk. Menurut dia, pengasapan menjadi salah satu cara efektif membunuh nyamuk pembawa virus DBD.

*****

Dapatkan update berita pilihan setiap hari bergabung di Grup Telegram "KATA BARAKATA", caranya klik link https://t.me/SAHABATKATA kemudian join.