Beranda Urban Teknologi

Cara Mendeteksi Corona Lewat Ponsel, Cukup Meniup atau Batuk

486
0
Pendeteksi virus corona
Alat pendeteksi virus corona melalui ponsel. (F: istimewa)
DPRD Batam

Barakata.id, Batam – Saat ini alat untuk mendeteksi virus corona yang paling banyak digunakan adalah rapid test serta berbasis PCR. Namun, ketersediaan alat-alat pendeteksi tersebut, masih menjadi masalah di beberapa negara, termasuk di Indonesia.

Ternyata, ada alat khusus yang bisa ditambahkan ke ponsel yang membuatnya bisa menjadi alat penguji virus corona atau Covid-19. Alat ini dibuat sebuah tim dari University of Utah, Amerika Serikat, lewat sebuah proyek yang awalnya dibuat untuk mendeteksi virus Zika, yang ramai pada 2016 lalu.

Hanya saja, alat tersebut bisa dimodifikasi sehingga bisa mendeteksi Covid-19.

“Kami memulai proyek ini sekitar 12 bulan lalu. Ide utamanya adalah agar orang-orang mempunyai alat pendeteksi Zika agar bisa dipakai untuk mendeteksi di tempat yang mereka datangi. Kini rencananya adalah untuk mengubahnya agar bisa mendeteksi Covid-19,” ujar Profesor Massood Tabib-Azar.

Baca Juga :
Aplikasi Bersatu Lawan Covid Dirilis, Deteksi Corona Kini Lebih Mudah

Dibanding rapid test -yang perlu mengambil darah- ataupun PCR -yang harus melakukan swab di dalam hidung-, alat yang dikembangkan di dalam ponsel ini relatif lebih nyaman digunakan. Karena penggunanya cukup meniup, batuk, bernafas, atau bersin agar liur bisa menempel pada sensornya.

Pendeteksi corona
Alat pendeteksi virus corona melalui ponsel. (F: istimewa)

Pengguna pun bisa menguji keberadaan virus dari sebuah objek dengan mengolesnya menggunakan sebuah alat dan meletakkan sampelnya ke dalam sensor. Alatnya sendiri terhubung ke ponsel lewat Bluetooth, dan mengambil daya lewat port chargernya.

Setelah itu, jika memang ada virus corona, maka sebuah strand tunggal DNA bernama aptamers yang ada di sensor bakal mengikat protein. Lalu sistem elektriknya akan menghasilkan hasil positif, yang kemudian datanya bisa diproses lebih lanjut, seperti melaporkannya ke pihak berwajib.

Baca Juga :
5 Aplikasi Gratis Ini Bikin Tidur Lebih Nyenyak

Sensor di alat ini bisa dipakai lebih dari sekali, karena ada daya listrik kecil yang mengalir untuk menghancurkan sampel sebelumnya. Biayanya pun tak mahal-mahal amat, sekitar USD 55 atau Rp 815 ribu.

Dikutip dari Techspot, Rabu (20/5/20), uji klinis alat berukuran sekitar 1 inch ini akan dilakukan pada Juli mendatang. Paling cepat bisa tersedia ke publik pada Agustus 2020.

*****

Sumber : Detik.com