Beranda Kepulauan Riau

Cacar Monyet Dipastikan Belum Masuk Kepri

140
0
Ilustrasi. Pelabuhan Internasional Feri Sekupang, menjadi pintu masuk warga Singapura ke Batam. Pemerintah menempatkan alat pendeteksi panas tubuh di pelabuhan untuk mencegah masuknya virus cacar monyet.
DPRD Batam

Batam – Virus cacar monyet dipastikan belum masuk ke wilayah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Meski demikian, pemerintah setempat tetap meningkatkan pengawasan di setiap pintu masuk dari luar negeri untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

“Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri, Tjetjep Yudiana, Selasa (14/5/19).

Ikuti saluran Barakata.id di WhatsApp klik disini

Seperti diketahui, Otoritas Singapura sebelumnya menyatakan adanya temuan kasus pasien pengidap cacar monyet di negaranya. Seorang pria asal Nigeria saat ini sedang dalam karantina, dan 23 orang lain yang pernah berinteraksi dengan pasien itu masuk dalam pantauan.

Jarak antara negara Singapura dengan Provinsi Kepri sangat dekat. Dari Kota Batam, hanya sekitar satu jam perjalanan menggunakan transportasi laut.

Selama ini, ada ribuan warga Singapura yang keluar masuk Batam, baik sebagai turis maupun pekerja. Begitu pula sebaliknya.

Pemerintah Kota Batam, sudah mengeluarkan imbauan kepada warganya agar menghindari bepergian ke Singapura sementara waktu untuk mencegah penularan penyakit cacar monyet. Pemerintah juga memasang alat pendeteksi suhu tubuh manusia di seluruh pelabuhan dan bandara.

Kepala Dinkes Kota Batam, Didi Kusumarjadi menyatakan, alat pendeteksi panas tubuh digunakan untuk mendeteksi awal seseorang yang sakit. Dengan alat itu, maka suhu tubuh setiap orang yang baru memasuki wilayah Batam akan dipindai.

Didi sudah menginstruksikan jajarannya dan petugas di pelabuhan serta bandara agar melakukan evakuasi dan penanganan lebih lanjut jika mendapati penumpang yang bersuhu tubuh melebihi batas normal.

“Langsung evakuasi dan dirujuk ke ruang isolasi di rumah sakit. Kita sudah siapkan ruang isolasi di RSUD Embung Fatimah dan Rumah Sakit BP Batam,” kata dia.

Menurut Didi, penularan cacar monyet terjadi melalui kontak langsung. Karena itu, jika ada penumpang kapal atau pesawat yang terdeteksi dan dicurigai mengidap virus tersebut, maka seluruh penumpang yang satu perjalanan dengan orang tersebut akan ikut dikarantina.

“Masa inkubasi virus ini sekitar lima sampai tujuh hari, jadi memang harus dikarantina untuk mengetahuinya,” kata Didi.

Didi mengkategorikan cacar monyet sebagai self-limiting disease atau penyakit yang dapat hilang dengan sendirinya dari tubuh manusia. Cacar air disebut dapat mematikan, jika diidap seseorang yang mengalami komplikasi penyakit.

“Penderitanya bisa meninggal kalau mengalami komplikasi akut. Kalau hanya terkena virus dan daya tahan tubuh baik, bisa sembuh sendiri,” katanya.

“Warga Indonesia umumnya sudah imunisasi cacar, jadi 75 persen tubuh kita bisa terlindungi dari virus ini,” sambung Didi.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pernah mendesak otoritas medis di setiap negara untuk segera mengidentifikasi kasus cacar monyet untuk menghentikan potensi wabah.

Masyarakat di kawasan terjangkit cacar monyet diminta menghindari kontak langsung dengan primata, hewan pengerat, dan orang yang tengah mengidap virus tersebut.

*****