

Barakata.id, Batam- Badan Pengusahaan (BP) Batam bersama Lion Air melakukan penandatanganan addendum perjanjian kerja sama pengelolaan lahan Maintenance, Repair, and Operation (MRO) Batam Aero Technic (BAT), Rabu (14/4/21) di Marketing Centre BP Batam.
Naskah addendum itu ditandatangani oleh Anggota Bidang Pengusahaan, Syahril Japarin, dan Direktur Utama BAT I Nyoman Rai Pering dan disaksikan oleh Wakil Kepala BP Batam, Purwiyanto dan CEO Lion Group, Edward Sirait.
Purwiyanto, berharap perjanjian ini dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak serta berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Kota Batam.
Baca Juga:
- Pesawat Lion Air Group Jalani Perawatan dan Strelisasi di Batam
- Lion Air Group Pekerjakan 2.600 Karyawan yang Diberhentikan
Anggota Bidang Pengusahaan, Syahril Japarin, mengatakan, Addendum perjanjian ini sebagai dukungan BP Batam dalam memberikan kepastian berinvestasi bagi Lion Group.
Menurut Syahril, pihaknya sangat memahami kebutuhan dari dunia usaha. Selagi bisa diakomodir dan tak bertentangan dengan hukum maka akan dipenuhi. Tujuannya agar investasi di Batam terus meningkat dan industri tetap eksis.
Sementara itu, Direktur Lion Group, Edward Sirait, mengakui, penandatanganan addendum ini membuat pihaknya lebih fleksibel dalam bernegosiasi dengan mitra di luar negeri yang juga merupakan MRO.
“Salah satu yang mereka minta ialah landasan atau legalitas yang menyangkut keberadaan kami di Batam, seperti status lahan dan kepastian hukum yang lebih meyakinkan,” kata Edward.
Baca Juga:
- Proyek KEK Bandara Hang Nadim Batam Pikat Investor
- Bandara Hang Nadim Bakal Dibikin Mal Seperti Singapura
Edward mengatakan, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) BAT akan menghemat devisa negara hingga 65-70 persen dari kebutuhan MRO maskapai penerbangan nasional senilai Rp26 triliun per tahun yang selama ini mengalir ke luar negeri.
Dari masa konstruksi hingga operasional diestimasikan KEK BAT akan mempekerjakan 9.976 tenaga kerja. KEK BAT dalam jangka menengah diharapkan mampu menangkap peluang dari pasar Asia Pasifik yang memiliki sekitar 12.000 unit pesawat dan nilai bisnis sebesar US$ 100 miliar pada tahun 2025.
***
Editor: Asrul R