Barakata.id, Batam – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Batam ikut ambil bagian di event Festival Media 2019 yang digelar di Jambi, Sabtu (16/11/19). Di acara itu, AJI Batam memperkenalkan berbagai kebudayaan Melayu dari Kepulauan Riau (Kepri).
Pada stan pameran AJI Batam, digelar sejumlah produk kerajinan tangan dan oleh-oleh khas Kepri. Yang banyak menyita perhatian peserta dan pengunjung di antaranya bunga gonggong, dan bros dari tanaman enceng gondok.
Stan AJI Batam juga banyak dikunjungi karena menampilkan kisah tokoh Pahlawan Nasional Raja Ali Haji serta karyanya yang fenomenal; Gurindam 12.
Baca Juga : Tangkal Hoax, AJI dan Google Gelar Training di Batam
Festival Media merupakan salah satu kegiatan rutin AJI. Tahun ini, event nasional itu diikuti oleh 38 AJI kota dari seluruh Indonesia.
Setiap stan yang didirikan AJI, menyuguhkan kekhasan dari masing-masing daerah asal peserta.
Ketua AJI Batam, Slamet Widodo mengatakan, Festival Media adalah ajang bersilaturahmi jurnalis yang tergabung di organisasi AJI.
“AJI Batam ikut berpartisipasi untuk saling mengenal antarangota AJI dari setiap daerah di seluruh Indonesia. Ini juga menjadi ajang untuk memperkenalkan potensi di daerah masing-masing,” katanya di sela acara pembukaan yang dilangsungkan di Aula BPSDM Provinsi Jambi.
Widodo mengatakan, melalui Festival Media ini, diharapkan keakraban jurnalis semakin kuat. Selain itu, para jurnalis juga bisa mendapatkan banyak ilmu tentang dunia jurnalistik yang berguna untuk meningkatkan kemampuan diri.
Pada kesempatan itu, pria berkacamata yang akrab dipanggil Dodo itu mengungkapkan keinginannya agar suatu saat nanti Batam bisa menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Media.
Dodo juga mengatakan bahwasanya AJI Batam sengaja memperkenalkan kebudayaan Melayu berikut produk kerajinannya di Festival Media ini dengan tujuan agar para jurnalis di berbagai belahan Tanah Air bisa lebih mengetahui tentang Kepri.
Sementara itu, Ketua AJI Pusat, Abdul Manan mengatakan, Festival Media diselenggarakan setiap tahun oleh AJI, yang penyelenggaraannya selalu bergilir dari kota ke kota. Tahun ini, AJI Jambi sebagai tuan rumah mengusung tema terkait dengan cagar budaya.
Menurutnya, Jambi memiliki aset cagar budaya luar biasa, yang memiliki
sejarah panjang.
Ia mengatakan, tahun ini AJI ingin tema
Festival Media berkaitan dengan nilai-nilai literasi yang terkandung di dalam kekayaan warisan budaya setempat. Menurutnya, saat ini media mengalami disrupsi yang sangat luar biasa, ditandai ditandai dengan orang berpindah ke gadget atau perangkat telepon pintar.
Perubahan juga berdampak penting bagi jurnalis dan media dalam menyampaikan informasi pubik.
“Tidak bisa dihindari bahwa saat ini orang paling banyak mengakses informasi melalui media digital. Media pers bersaing dengan media sosial yang kerap menyebarkan hoax. Ini adalah tantangan jurnalis, bagaimana memberi edukasi kepada masyarakat untuk mau memeriksa fakta dan cerdas mengosumsi berita,” kata Abdul Manan.
Ia menegaskan, informasi dari media sosial berbeda dengan karya jurnalistik. Orang-orang yang menyebarkan informasi di media sosial tidak bekerja dengan Kode Etik Jurnalis yang menjadi panduan profesi jurnalis.
“Karena itu kekayaan literasi sangat dibutuhkan. Acara ini juga salah satu cara AJI mendorong profesionalisme jurnalis,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Manan mengapresiasi pula respon positif dari masyarakat dan pemerintah Jambi terhadap penyelenggaraan Festival Media 2019. Ia juga berterima kasih kepada Gubernur Jambi atas banyaknya spanduk ataupun baliho ucapan selamat datang dari Pemprov Jambi untuk peserta Festival Media, yang terpasang di berbagai titik strategis di wilayah Jambi.
“AJI memang membatasi kerja sama dengan pemerintah dalam banyak hal, demi menjaga independensi dan profesionalisme. Karena itu, AJI cukup berterima kasih ketika acara ini disambut baik oleh banyak masyarakat, Jambi termasuk kalangan pemerintahan,” katanya.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan talkshow pemelihaan cagar budaya di era bigdata. Tiga narasumber hadir membahas eksistensi cagar budaya di era digital, yakni Ismail Fahmi, seorang pegiat Digital Founder Drone Emprit, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Iskandar Mulia Siregar, sejarawan jurnalis AJI Wenri Wanhar.
Selain itu, sejumlah workshop juga berjalan paralel dari siang hingga sore, antara lain workshop menjadi presenter oleh Alfian Rahardjo News Anchor CNN Indonesia, workshop meliput isu lingkungan, dan workhop hoax busting and digital hygiene.
Sambutan Gubernur Jambi
Sebelumnya, saat membuka acara, Gubernur Jambi, Fachrori Umar menyampaikan apresiasinya kepada seluruh pengurus dan anggota AJI yang telah memilih Jambi sebagai tempat penyelenggaraan Festival Media 2019. . Menurutnya, tema literasi yang diangkat sangat relevan dan kontekstual menjawab dinamika perkembangan global yang ditimbulkan dari digitalisasi.
“Sebagaimana diketahui, saat ini kita sedang dihadapi fenomena disrupsi, pergerakan dan perubahan yang terjadi sangat cepat. Lahirnya media baru yang lebih inovatif. Digitalisasi membawa dampak pada pemberitaan jurnalistik di mana teknologi digital bisa diakses oleh hampir semua kalangan,” kata Fachrori.
Namun, di tengah penyebaran informasi yang pesat tersebut, sisi negatif digitalisasi juga membawa dampak bagi kebebasan pers. Misalnya informasi yang bias yang kadang juga dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu untuk menebar provokasi.
Baca Juga : AJI Batam Kecam Kekerasan Terhadap 7 Jurnalis Saat Liput Aksi 24 September
Ia berharap, Festival Media ini, selain menjadi ajang silaturahmi antarjurnalis juga bisa meningkatkan kemampuan para jurnalis. Ia pun berharap AJI masih dapat menggelar acara-acara tingkat nasional di Jambi.
Karena menurut dia, event nasional bisa mendongkrak kunjungan wisatawan ke Jambi. Apalagi jika acara itu melibatkan jurnalis dari seluruh Indonesia.
“Kami berharap semua jurnalis yang hadir di acara ini mau menulis tentang Jambi, tentu saja, menulis tentang potensi, dan keindahan Jambi, agar dapat menarik wisatawan ke daerah kami ini,” katanya.
*****
Editor : Yuri B Trisna